23 Agu 2012

CEO Gaya JK

Jusuf Kalla

Tidak berlebihan jika bapak Jusuf Kalla dianggap sebagai fenomena dalam birokrasi kita. Banyak inspirasi dari JK yang akan menjadi kado zaman, menjadi cerita bagi generasi sekarang dan akan datang. Sebelum dikenal sebagai negarawan hebat, JK lebih dahulu dikenal sebagai saudagar tangguh yang mampu memimpin kelompok bisnisnya mengarungi samudera persaingan bisnis yang dikuasai oleh kelompok etnis tertentu.

Dari rekan kerja atau karyawan JK saya mendapatkan beberapa informasi berharga tentang kekuatan pribadi JK  sebagai CEO dalam mengurusi bisnisnya. JK tampil bagai nahkoda yang unggul yang memandu kapal phinisi melawan badai persaingan. Kunci keberhasilan JK ternyata terletak pada istiqamahnya menjalankan bisnis.

Saya ingin berbagi kisah yang saya dapatkan dari rekan seperjuangan bapak JK dalam payung bisnis Kalla grup. Pak JK pernah memiliki perusahaan bernama Makassar Mina Usaha, perusahaan ini mempunyai kapal laut yang akan melintasi ZEE (Zona ekonomi eklusif). Saat itu tahun 1998 ketika negeri sedang dihantam badai krisis monenter hebat. Kapal pak JK membutuhkan BBM sekitar 40 ton dan sesuai dengan aturan kapal yang melintas ZEE tidak berhak mendapat jatah BBM subsidi. Dengan jumlah sebanyak itu harga BBM subsidi hanya sekitar 350 juta rupiah sedangkan untuk non subisidi 1.3 milyar rupiah.

Persoalan muncul karena uang kas perusahaan menipis apalagi krisis moneter sedang terjadi. Saat itu datang tawaran untuk memakai BBM subsidi, tawaran tersebut disampaikan karyawan ke pak JK. Dengan tegas pak JK menolak dan berkata "Negeri kita sedang dirampok, kau jangan ikut-ikutan merampok duit negara" hari itu juga JK mencari duit untuk membayar BBM non subisidi, dan syukur mereka bisa mendapatkan dana segar sebanyak 1,3 M.

Contoh istiqamahnya pak JK sebagai CEO Kalla Grup adalah ketika pembuatan jalan poros Makassar-Pare Pare sekitar dekade 80an yang dipegang kelompok binsis Kalla. Ketika proyek belum rampung, salah satu staff  JK melaporkan bahwa perusahaan rugi 2 milyar (2 milyar tahun 80an adalah jumlah yang cukup besar), dengan tegas JK meminta proyek jalan tetap jalan karena merupakan amanah sebagai pemegang tender, soal rugi adalah urusan belakang.

Pernah waktu pembangunan kembali Masjid Raya Makassar yang sebagian besar dananya dari kantong JK. Kalau tidak salah terjadi sekitar awal tahun 2000an. Anggaran awal masjid diperkirakan habis 9 milyar saja, tapi ditengah jalan biaya membengkak. Para manager proyek dibuat was-was, bayangkan utang material menumpuk. Ditengah kesulitan pak JK tetap memerintahkan agar semua hutang dibayar lunas. Belum lagi karena dana yang tipis, muncul ide untuk mengurangi spek bangunan masjid, lagi-lagi JK tetap istiqamah dengan melarang sedikitpun spek bangunan dikurangi. Hingga total masjid megah ini menghabiskan dana 45 milyar, banyak pihak tidak percaya masjid ini bisa selesai tepat waktu dengan biaya yang besar.

Sebenarnya masih ada kisah lain bagaimana JK sangat konsisten dengan kerja yang ikhlas. JK juga dikenal sebagai saudagar yang dermawan. Oh ya selama mengurusi bisnisnya JK tidak pernah memecat karyawannya karena peursahaannya bangkrut, jika perusahaan gagal karyawan tersebut akan dialihkan ke perusahaan lainnya.

Bukan hanya dalam bisnis JK dikenal konsisten (istiqamah), dalam pemerintahan juga JK adalah pribadi yang nasionalis yang tegas. Di tulisan beliau di kompasiana yang berjudul Diplomasi Ala Bugis, JK menceritakan tentang orang-orang dari Exxon yang ingin menguasai blok Natuna. Mereka mengejar JK sampai ke tanah suci tapi JK terus menghindar. Baru setelah pulang kampung di Makassar JK mau menerima tamu Exxon.

Saat pertemuan di hotel Sahid Makassar, orang Exxon bilang ke JK "Mr. Vice President, anda kalau membatalkan kontrak dengan Exxon, maka besok akan saya SU" adrenalin JK naik, dan langsung memukul meja sambil berkata"kalau berani SU, maka saya akan SU kau 10 kali, it's my country, not your country, jangan kau datang ke sini ancam-ancam saya" Blok Natuna kembali ke pangkuan Indonesia, namun sayangnya tidak lama setelah itu blok Natuna kembali ke asing karena wewenang JK di cabut.

Pada lain kesempatan JK pernah berkata bahwa memimpin itu butuh keikhlasan, "kita harus menjalani hidup dengan ikhlas. Kalau dijalani dengan ikhlas maka beban itu terasa tidak ada"

Salam

Tidak ada komentar: