3 Sep 2012

Kahar Mudzakar, Patriot Pemberontak dari Tanah Luwu

Kahar Mudzakar
Lapangan Ikada 19 September 1945 puluhan ribu rakyat menunggu pidato Bung Karno dan Bung Hatta, kondisi saat itu benar-benar panas tentara Jepang dengan bayonetnya mengepung mobil Bung Karno seolah-olah tidak ingin memberi kesempatan sang Proklamator untuk berpidato. Di tengah situasi yang krusial itu datang lah seorang pemuda dengan sebilah golok di tangannya, diacungkan golok dan ditatapnya tentara Jepang dengan pandangan tajam, tentara Jepang keder dan membiarkan Bung Karno naik dimimbar berpidato, lelaki yang membawa golok itu adalah Abdul Kahar Mudzakar.

Sejak saat itu kahar di segani dan juga dicap berbahaya. Kahar mewakili tipikal lelaki Bugis Makassar yang berani, ketika muda dia pernah bersitegang dengan kedatuan Luwu gara-garanya Kahar menolak bekerjasama dengan Jepang. Kahar di hukum dan disuruh meninggalkan tanah Luwu yang sangat di cintainya, dengan berurai air mata Kahar meninggalkan negeri Luwu menuju pulau Jawa.

Di Jawa rasa nasionalisme Kahar bangkit, bersama pergerakan pemuda lainnya Kahar muda bergabung dalam kesatuan laskar perjuangan. Pada masa revolusi fisik setelah agresi militer Belanda Kahar bergabung dalam pasukan pimpinan Panglima besar Sudirman. Dengan keberanian dan postur tubuh yang ideal karir kemiliteran Kahar melejit cepat, dia putra Bugis Makassar yang memiliki pangkat paling tinggi. Kahar Mudzakar di lahirkan di kampung kecil bernama Lanipa di Kabupaten Luwu Sulsel pada 24 Maret 1921. Nama lengkapnya Abdul Kahar Mudzakar yang artinya kira-kira Hamba Allah yang bersifat jantan.

Dalam serangan umum satu Maret 1946 Kahar bersama laskarnya berdiri paling depan mereka mampu menguasai Jogyakarta selama enam jam, sayangnya distorsi sejarah justru mengangung-agungkan Soeharto. Soeharto yang beberapa puluh tahun kemudian menjadi Presiden mampu mengubah sejarah, bahkan peristiwa besar ini sempat di filmkan.

Untuk membantu para pejuang di wilayah Indonesia Timur, Letnan Kolonen Abdul Kahar Mudzakar sebagai komandan grup seberang mengirimkan ekspedisi ke tanah Sulawesi. Pejuang dari tanah Jawa ini yang membuat marah Belanda, banyak pos-pos Belanda di hancurkan pejuang republik. Belanda murka dan mengirimkan sang malaikat mautnya Raymond Wasterling untuk membantai habis rakyat Sulsel, menurut perkiraan akibat keganasan Wasterling 40,000 jiwa mati di tangan Wasterling. Walau terdesak pejuang republik mampu bertahan.

Masuk Hutan 

Setelah penyerahan kedaulatan hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) situasi kemiliteran menjadi berubah dan inilah awal konflik yang menyebabkan kahar melawan Soekarno. Organisasi pimpinan militer di kuasai orang-orang bekas KNIL yaitu para militer didikan Belanda, Kahar sebagai komandan tertinggi di Indonesia Timur yang membawai Kalimantan , Sulawesi, Bali dan Maluku merasa lecehkan. Orang-orang KNIL menguasai seluruh pucuk pimpinan batalyon dari Sumatera hingga Jawa kecuali batalyo di Indonesia Timur yang di pimpin oleh Abdul Kahar Mudzakkar. Bencanapun datang dengan keluarnya keputusan dari pusat yang hanya mengizinkan serdadu berpendidikan militer yang boleh menjadi tentara republik Indonesia, artinya ribuan laskar Sulawesi Selaatan anak buah Kahar ditolak menjadi bagian dari tentara republik Indonesia. Kahar marah di depan Alex Kawilarang dia meletakkan pangkat dan atribut militernya, dan sejak saat itu Kahar dicap pemberontak. Mereka lupa tanpa pekikan “Allahu akbar” dari para mujahidin yang pernah tidak mengenyam pendidikan militer, perjuangan mempertahankan kemerdekaan sangatlah sulit dan Belanda dengan mudahnya mengontrol republik belia ini.

Sikap berani Kahar Mudzakkar sudah nampak ketika dengan lantangnya memprotes kebijakan perundingan dengan Belanda, disalah satu bukunya Kahar menulis ” tindakan khianat golongan Soekarno menjalankan politik kompromi, mengadakan perundingan dengan pihak Belanda pada masa meluas dan memuncaknya semangat perlawanan rakyat diseluruh kepulauan Indonesia, yang dipatahkan sekaligus dengan perjanjian Linggarjati tahun 1947, Perjanjian Renville tahun 1948, yang pada akhirnya dihancur leburkan dengan Konferensi Meja Bundar (KMB) pada tahun 1949, yang menghasilkan pemberian kedaulatan hadiah Belanda dengan syarat “tanpa Irian Barat”, yang mempunyai rentetan akibat-akibat buruk seperti yang kita lihat sekarang…”

Sebagai ksatria dan pemimpin Kahar telah menunjukan sikap kepimpinannya, dia tidak ingin meninggalkan begitu saja anak buahnya yang bersama-sama merasakan pahit dan getirnya membelah republik ini, merasakan hujan peluru hidup bergerilya demi mempertahankan republik, yang menyakitkan Kahar dikhianati oleh orang-orang bekas anggota KNIL yaitu orang-orang yang dididik militer oleh sang penjajah Belanda. Kahar memilih berjuang melawan pemerintah dengan memakai simbol agama dengan mendirikan negara islam.

Selama pemberontakan sebagian besar rakyat di tanah Bugis mendukungnya dan sebagian besar wilayah di Sulsel bagian barat dan utara di kuasainya. Kahar bagai rakyat Sulsel saat itu dianggap seorang Imam dan pemimpin besar melebihi seorang Soekarno yang nasionalis dan dekat dengan komunis. Pemberontakan Kahar merupakan pemberontakan terlama dalam sejarah republik ini, kurang lebih 15 tahun Kahar menjadi rival pemerintahan Soekarno. Menurut catatan kemiliteran Indonesia perjuangan Kahar berhenti sejak 3 Februari 1965 ketika Kahar di tembak mati di tengah hutan dekat sungai Lasolo, Sulawesi Tenggara. Kematian Kahar menjadi misteri sampai sekarang, pihak militer sengaja menyembunyikan kuburannya bahkan ada yang memperkirakan Kahar dibiarkan lolos dan hidup setelah peristiwa di sungai Lasolo itu.

Kahar dan Jenderal Yusuf

Selama pemberontakan pemerintah berkali-kali membujuk dan merayu Kahar untuk kembali kepangkuan republik Indonesia, Kahar menolak kembali tapi tetap menunjukan rasa cintanya terhadap negeri yang pernah di perjuangkan dengan darahnya, juga dia tetap menganggap Soekarno adalah seorang bapak bagi Kahar Mudzakkar. Untuk melunakkan hati Kahar, pemerintah mengutus Jenderal Muh. Yusuf untuk berdamai.

Kahar Mudzakkar dan Jenderal Jusuf punya hubungan yang terbilang dekat. Dalam sebuah tulisan, wartawan senior Rosihan Anwar yang menjadi saksi banyak peristiwa sejarah di republik ini menuliskan sebuah catatan. “Pada akhir tahun 1945 seorang pemuda bangsawan Bugis usia 17 tahun naik perahu pinisi di Makassar berlayar menuju Pulau Jawa dengan tujuan bergabung dengan pemuda pejuang untuk mempertahankan proklamasi kemerdekaan 17 Agustus terhadap serangan Belanda Kolonial. Pemuda itu ditampung oleh Kahar Mudzakar yang berada dalam KRIS (Kebaktikan Rakyat Indonesia Sulawesi) dan kemudian menjadi ajudan Letkol Kahar Mudzakar di Staf Komando Markas ALRI Pangkalan X di Yogyakarta.” Pemuda yang dimaksud Rosihan adalah Jusuf muda yang kelak menjadi salah seorang jenderal berpengaruh ditubuh angkatan bersenjata kita.

Jenderal M. Yusuf menjadi saksi kunci misteri kematian Kahar Mudzakkar bekas komandannya dulu, selain menyimpan misteri Supersemar M. Yusuf meninggal tahun 2004 juga menyimpan misteri kematian Kahar. Jika benar Kahar sudah mati lalu lalu di mana kuburannya ??? mungkinkah sebuah nisan yang bertuliskan Kahar di Taman Makam Pahlawan Panaikang Makassar adalah kuburan sang patriot Abdul Kahar Mudzakkar??? Jenderal M. Yusuf merupakan jenderal yang cerdas dia tahu di mana seharusnya menyimpan dan memperlakukan seorang patriot bangsa seperti Kahar Mudzakkar.

Sedikit tentang sang Imam

Bukan hanya perjuangannya membelah republik yang membuat Kahar patut di hormati. Lebih dari itu Kahar merupakan pahlawan di hati orang Bugis, Makassar, Luwu, Mandar dll. Dia adalah seorang lelaki sejati yang membelah hari dirinya, harga diri bangsanya dan harga diri prajuritnya. Ketika saya KKN di salah satu daerah di Sidrap, masyarakat di daerah itu minta agar salah satu jalan poros desa di namakan dengan Jalan Kahar Mudzakkar.

Selama di hutan melakukan perlawanan Kahar banyak mengislamkan masyarakat di sekitar pegunungan Latimojong yang saat itu masih banyak belum mengenal Islam. Satu sisi lagi bahwa selama di hutan Kahar mewajibkan semua penduduk untuk bisa membaca latin dan Arab, cerita dari nenek saya bahwa setiap hari mereka di sekolahkan, anak-anak sampai orang tua di ajar membaca dan berhitung. Kahar paham betul arti sebuah pendidikan dan nilai spiritual.Walau tidak dapat di pungkiri Kahar menyimpan watak yang keras kepala dan sulit berkompromi, sebuah watak yang sulit diterima dalam politik.

Bukti kecintaan rakyat Sulsel terhadap Kahar dan keluarganya adalah anak-anaknya sekarang menjadi seorang pemimpin daerah dan wakil rakyat terhormat. Anaknya Abdul Aziz Kahar merupakan anggota DPD RI dua periode, anaknya yang lain Andi Mudzakkar merupakan Bupati Luwu, sedangkan Buhari Kahar Mudzakkar merupakan anggota DPR Sulsel. Kahar salah satu lelaki Bugis Makassar yang meneruskan tradisi to barani, tradisi pemberani yang dititipkan untuk republik ini. Tradisi yang membakar semangat perjuangan Sultan Hasanuddin, Karaeng Galesong, Syech Yusuf hingga Andi Djemma, meneruskan tradisi pemberani orang Bugis Makassar. Dan seperti Bung Tomo patriot bangsa yang dilupakan pemerintah, Kahar Mudzakkar  pantas mendapat satu tempat terpuji di hati bangsa ini, dia tetap patriot bagi kami patriot sekaligus pahlawan bagi orang Bugis Makassar.

Tidak ada komentar: