21 Mar 2015

Mengembalikan Kejayaan Cahaya Bone

14203276662078002303
Armada baru (Foto:Amril Arifin)

Bagi sebuah perusahaan usia 62 tahun menandakan kematangan dan pengalaman yang hebat dalam mengarungi persaingan bisnis. Berawal dari kota kecil di jazirah Sulawesi bagian Selatan, Bone, sebuah perusahaan otobus lahir dan mewarnai zaman. Kemunculan Cahaya Bone telah memperdek jarak dan sekat di wilayah Sulawesi, menjadi petarung lintas Sulawesi sejak tahun 1952. Sayangnya diusia yang matang tersebut, laju pertumbuhan Cahaya Bone tidak secemerlang usianya.

Cahaya Bone telah lama kehilangan cahayanya, tertutupi oleh kemegahaan perusahaan otobus baru yang membawa bus mewah. Ajaibnya, ketika begitu banyak PO yang tergilas zaman seperti Edi Jaya, Mammala, Sartika, Rajawali, Garuda, Hadji Beddu Solo dan lain-lain, Cahaya Bone tetap bertahan walau cahayanya meredup.
142032773177557593

Kondisi tersebut mendorong manajemen baru bertindak cepat dengan melakukan peremajaan beberapa kendaraan dan membuka rute baru yang potensial. Optimisme dan langkah positif manajemen baru ini bagai oase ditengah gurun yang tandus. Persaingan bus yang semakin ketat ditambah ekspansi penerbangan murah (low cost carrier) yang semakin masif dan kehadiran mobil angkutan plat hitam mendorong manajemen bekerja lebih kreatif dan inovatif. Kini dengan dukungan beberapa armada baru dari kelas travel, medium bus hingga bus besar, Cahaya Bone mantap menatap persaingan.

Strategi ala Lorena

Di Indonesia sebelum munculnya penerbangan dengan label murah, jumlah bus di Indonesia mencapai 200 ribu unit, kini jumlahnya menurun menjadi 197 ribu unit. Tiada jalan lain adalah dengan mensiasati kondisi tersebut. Melawan tarif murah pesawat dengan rute yang sama adalah sebuah blunder, bagaimana pun psikologis penumpang lebih memilih pesawat yang lebih cepat. Seperti yang dilakukan PT Eka Sari Lorena Transport, satu dari dua Perusahaan otobus yang mampu listing di Bursa Efek Indonesia (BEI), salah satu caranya dengan membuka rute yang tidak dilalui oleh penerbangan murah seperti Jakarta-Lubuk Linggau.

Langkah ini sangat jitu dan terbukti mampu menarik penumpang yang tidak dijangkau pesawat. Lorena saat ini mengoperasikan sekitar 500 bus Mercedes Benz dengan empat kelas yaitu Super Eksekutif, Eksekutif, VIP, dan Bisnis yang melayani lebih dari 60 kota tujuan di seluruh Indonesia. Di bursa saham, Lorena dan Cipaganti saling kejar mengejar meraup investor baru.

1420328245419101504
Bus Lorena (foto:flickr.com)
14203279981273121768



Melangkahi Bintang Timur

Bila membaca visi Cahaya Bone yang ingin menjadi perusahaan otobus terbesar di Indonesia Timur, rumus sederhananya ialah Cahaya Bone cukup mengalahkan PO. Bintang Timur yang dianggap sebagai PO terbaik di Indonesia Timur. Jejeran bus baru yang elegan di jalan Perintis Kemerdekaan bisa menjadi referensi. Yang ditawarkan oleh Bintang Timur tiada lain bus-bus kelas atas dengan eksterior dan interior kelas wahid, jangan dulu bicara soal pelayanan, mereka jauh dari rumus pemasaran.

Jangan membayangkan melihat CS dengan pakaian rapi dengan senyum yang menggoda, boro-boro malah yang kita dapati adalah pelayan yang berpakaian seadanya, memakai sandal jepit dan tutur kata jauh dari standar memuaskan. Belum lagi bus station yang sempit kalah jauh dari milik Bintang Prima atau Manggala Trans. Tapi toh penumpang tidak mempermasalahkan itu, bagai mereka yang penting penumpang merasa nyamaan selama perjalanan dan bisa cepat sampai tujuan dengan perasaan menyenangkan. Dan dari kenyamanan penumpang tersebut, mengalir sebuah cerita dari mulut ke mulut, ini model iklan yang paling jitu dan murah.

Reposisi Cahaya Bone

Dengan dinamisnya persaiangan PO di Sulawesi Selatan maka peluang PO lain untuk menggeser posisi yang sudah mapan terbuka lebar. Pada dekade 90-an, PO Litha & CO dianggap sebagai PO terbaik, masuk dekade 2000 kemapanan Litha digoyang dengan kemunculan PO baru yang membawa bus baru berkelas Eropa seperti Marcedez Benz dan Scania. Maka munculah Bintang Prima dengan bus unggulannya “Scania” sebagai raja dijalanan. Posisi Bintang Prima sejak lama diintai pesaingnya. Sampai ketika Bintang Prima lengah muncullah Bintang Timur yang mengusung “High Class” menyalip. Dibelakang Bintang Timur dan Bintang Prima terdapat beberapa PO yang siap menggeser seperti Bintang Marwah, Piposs, Manggala Trans, Metro Permai dan Primadona, lalu dimana posisi Cahaya Bone ?
Selalu ada satu saat di masa lalu ketika pintu terbuka, dan masa depan
masuk ke dalamnya dengan leluasa.
(Deepak Chopra)
1420328106698745008

Melihat jumlah unit dan rute yang dilalui Cahaya Bone, masih butuh waktu yang lama agar menjadi raja di Indonesia timur seperti visi mereka. Rute gemuk seperti Makassar-Toraja PP atau Makassar-Palopo PP telah sejak lama dikuasai oleh PO lain. Tiada cara lain selain berani membuka rute baru di pulau Sulawesi seperti Makassar-Bulukumba PP, Barru-Toli Toli PP dimana banyak perantau Bugis Barru tinggal atau ekspansi ke luar seperti Kalimantan dan Jawa. Tentu dengan resiko yang besar, apalagi Jawa sejak lama menjadi kue yang lezat bagi pemain transportasi, mobilisasi orang di pulau ini adalah yang terbesar di Indonesia dan Asean. Di sana telah hadir pemain lama yang berpengalaman seperti Lorena, Cipaganti, Kramat Djati, Pahala Kencana, Sinar Jaya dan lain-lain.

Tidak ada peluang tanpa resiko. Sebaliknya, resiko adalah konsekuensi logis dari pilihan kita untuk menangkap setiap peluang. Ekspansi bisnis dengan unit yang mentereng serta rute yang menjanjikan adalah sebuah solusi terbaik untuk meningkatkan pendapatan. Laju Cahaya Bone ditentukan sendiri oleh orang-orangnya, mereka yang akan menentukan arah Cahaya Bone kelak. Kita tidak ingin melihat Cahaya Bone menjadi sebuah museum, nostalgia masa lalu yang dikenang karena kehadirannya pada suatu masa, tapi Cahaya Bone harus menjadi pilar dari kebanggaan transportasi orang Bugis Makassar.

Salam

Tidak ada komentar: