Kecewa. Demikian perasaan hati saya
menyaksikan Garuda lagi-lagi takluk dari Harimau Malaya, lebih
memiriskan kita gagal melangkah ke babak semifinal menyamaikan rekor
lima tahun silam dinegeri serumpun Singapura. Padahal sebelas Harimau
sempat ketar ketir menahan serangan anak-anak Garuda, peluang datang
bertubi-tubi dari kaki Syamsul, Irfan dan Taufik tapi dewi Fortuna masih
menjauhi kita. Justru disaat asyik memperagakan sepakbola menyerang,
Garuda kecolongan lewat crossing jauh Mahali Jasuli anak Jawa yang
berseragam biru Malaysia.
Andik Cs kembali kalah dari Malaysia 0-2 (Foto:http://sport.detik.com) |
Malaysia tidak istimewa kecuali mereka
paham cara menang yaitu mencetak gol. Rajagopal yang tampannya mirip
tuan Thakur dalam film-film India punya racikan yahud dibanding
koleganya Nil Maizar. Lagi-lagi jam terbang yang bicara, sama dengan
laskar garuda yang tampil minus jam terbang. Semalam saya berharap ada
mukjizat seperti tujuh tahun silam ketika di semifinal AFF Cup 2005 kita
mengalahkan Malaysia 4-1 di Bukit Jalil. Tapi si tuan Thakur Rajagopal
tidak ingin mengulang sejarah, dia tumpuk pemain dilapangan tengah untuk
meredam kreativitas gelandang kita. Hasilnya bagus, Garuda mati akal
dan gagal mengkonversi peluang menjadi gol.
Sejak skandal Senayan 1962, aroma
perseteruan serumpun antara Indonesia dan Malaysia tidak pernah padam.
Kita kalahkan Malaysia di final Sea Games 1987 tapi mereka membalasnya
di Sea Games 1989. Kita pecundangi mereka di Sea Games 1995 dan 1997
tapi mereka menebusnya di Sea Games 2001. Kita dihancurkan di GBK tapi
kita membalasnya di Bukit Jalil, demikian perseteruan yang tak kunjung
padam sejak zaman Si Abdul Kadir hingga zamannya Andik Vermansyah,
Malaysia adalah seteru serumpun.
Curhat suporter di Bukit Jalil (Foto:kaskus.co.id) |
Gagal di AFF cup bukan kiamat bagi
timnas kita. Kurang dari tiga bulan lagi timnas akan bertanding diajang
yang lebih tinggi yaitu kualifikasi Piala Asia 2015. Dengan skuad yang
ada rasanya sulit untuk bisa menandingi raja-raja Asia: Arab Saudi, Iraq
dan China. Catatan yang penting adalah kita keropos dibelakang dan
mandul di depan, kita butuh tembok kokoh semacam Robby Darwis di masa
jayanya dan juga kita butuh tukang gedor selincah Kurniawan DJ.
Bagi saya kekalahan ini adalah cambuk
untuk maju lebih baik. Bercermin pada tahun 1993 sampai 1995 ketika
prestasi timnas kita gagal total, mereka gagal total di Pra Piala Dunia
1994 dengan hanya satu kemenangan dari Vietnam dan tujuh kekalahan,
gagal di Piala Kemerdekaan 1994 hingga timnas batal ke Asian Games dan
gugur di penyisihan Sea Games 1995 di partai penentuan kita kalah dari
Vietnam 0-1. Tapi setahun kemudian timnas bangkit dan lolos di Piala
Asia 1996 dan mencetak hasil bagus di negeri teluk.
Saya membuat tulisan ini dengan tetap
memakai jersey Garuda, karena semalam saya tetap bangga dengan timnas,
sambil ditemani lagu “Tanah Air ku” ciptaan Ibu Soed, sebagai kecintaan
saya terhadap negeri ini dan sebuah video kemenangan tujuh tahun silam
di AFF Cup 2005 menjadi penghibur saya sore ini.
Makassar, 2 Desember 2012
Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar