4 Des 2012

Malaysia (Masih) Seteru Serumpun

Kecewa. Demikian perasaan hati saya menyaksikan Garuda lagi-lagi takluk dari Harimau Malaya, lebih memiriskan kita gagal melangkah ke babak semifinal menyamaikan rekor lima tahun silam dinegeri serumpun Singapura. Padahal sebelas Harimau sempat ketar ketir menahan serangan anak-anak Garuda, peluang datang bertubi-tubi dari kaki Syamsul, Irfan dan Taufik tapi dewi Fortuna masih menjauhi kita. Justru disaat asyik memperagakan sepakbola menyerang, Garuda kecolongan lewat crossing jauh Mahali Jasuli anak Jawa yang berseragam biru Malaysia.
 
1354439067833732746
Andik Cs kembali kalah dari Malaysia 0-2 (Foto:http://sport.detik.com)
Kita kalah 0-2, ribuan suporter Garuda yang hadir di Bukit Jalil tertegun tapi perjuangan semalam patut diapresiasi. Dengan segala kekurangan mereka tampil bak warior dalam film Sparta coba merengsek maju menumpas semua lawannya. Celakanya musuh terbesar timnas justru datang dari anak bangsa sendiri dari para penghujat dan kelompok yang senang lihat timnas mereka keok.

Malaysia tidak istimewa kecuali mereka paham cara menang yaitu mencetak gol. Rajagopal yang tampannya mirip tuan Thakur dalam film-film India punya racikan yahud dibanding koleganya Nil Maizar. Lagi-lagi jam terbang yang bicara, sama dengan laskar garuda yang tampil minus jam terbang. Semalam saya berharap ada mukjizat seperti tujuh tahun silam ketika di semifinal AFF Cup 2005 kita mengalahkan Malaysia 4-1 di Bukit Jalil. Tapi si tuan Thakur Rajagopal tidak ingin mengulang sejarah, dia tumpuk pemain dilapangan tengah untuk meredam kreativitas gelandang kita. Hasilnya bagus, Garuda mati akal dan gagal mengkonversi peluang menjadi gol.

Sejak skandal Senayan 1962, aroma perseteruan serumpun antara Indonesia dan Malaysia tidak pernah padam. Kita kalahkan Malaysia di final Sea Games 1987 tapi mereka membalasnya di Sea Games 1989. Kita pecundangi mereka di Sea Games 1995 dan 1997 tapi mereka menebusnya di Sea Games 2001. Kita dihancurkan di GBK tapi kita membalasnya di Bukit Jalil, demikian perseteruan yang tak kunjung padam sejak zaman Si Abdul Kadir  hingga zamannya Andik Vermansyah, Malaysia adalah seteru serumpun.

1354439218403851632
Curhat suporter di Bukit Jalil (Foto:kaskus.co.id)
Apresiasi yang tinggi layak dipersembahkan untuk si nomor 12 : supporter Garuda. Mereka layak disebut sebagai suporter sejati nomor tiga di dunia kata Frans Beckenbauer legenda hidup Jerman, sebuah spanduk besar bertuliskan“Kami bukan PSSI, kami bukan KPSI, kami hanya TKI yang cinta timnas Indonesia”. Kalau TKI bisa jernih melihat persoalan timnas lalu kenapa para elit itu buta mata hatinya.

Gagal di AFF cup bukan kiamat bagi timnas kita. Kurang dari tiga bulan lagi timnas akan bertanding diajang yang lebih tinggi yaitu kualifikasi Piala Asia 2015. Dengan skuad yang ada rasanya sulit untuk bisa menandingi raja-raja Asia: Arab Saudi, Iraq dan China. Catatan yang penting adalah kita keropos dibelakang dan mandul di depan, kita butuh tembok kokoh semacam Robby Darwis di masa jayanya dan juga kita butuh tukang gedor selincah Kurniawan DJ.

Bagi saya kekalahan ini adalah cambuk untuk maju lebih baik. Bercermin pada tahun 1993 sampai 1995 ketika prestasi timnas kita gagal total, mereka gagal total di Pra Piala Dunia 1994 dengan hanya satu kemenangan dari Vietnam dan tujuh kekalahan, gagal di Piala Kemerdekaan 1994 hingga timnas batal ke Asian Games dan gugur di penyisihan Sea Games 1995 di partai penentuan kita kalah dari Vietnam 0-1. Tapi setahun kemudian timnas bangkit dan lolos di Piala Asia 1996 dan mencetak hasil bagus di negeri teluk.

Saya membuat tulisan ini dengan tetap memakai jersey Garuda, karena semalam saya tetap bangga dengan timnas, sambil ditemani lagu “Tanah Air ku” ciptaan Ibu Soed, sebagai kecintaan saya terhadap negeri ini dan sebuah video kemenangan tujuh tahun silam di AFF Cup 2005 menjadi penghibur saya sore ini.

Makassar, 2 Desember 2012

Salam

Tidak ada komentar: