28 Mar 2014

Merajut Simpul Sejarah antara Luwu dan Majapahit


13931515504036527 

Dalam kunjungannya ke Tana Luwu, Presiden SBY mendapat gelar adat yaitu Anakaji To Appamonang Ri Luwu yang bermakna Pangeran Mulia, Sang Pengangkat Martabat di Luwu. Sedangkan Ibu Ani mendapat gelar We Tappa Cina Warawarae Ri Majapai yang bermakna putri cina yang berwajah bersinar cemerlang dari Majapahit. Saya tidak ingin mengulas lebih dalam tentang proesi gelar adat buat SBY dan ibu Ani. Yang ingin saya tulis disini adalah hubungan historis antara Luwu dengan Majapahit pada suatu masa yang silam dengan kisah Anakaji (Datu Luwu).

Menurut ahli sejarah dari Unhas, Anakaji merupakan datu luwu ke-4 yang memerintah sekitar tahun 1293 sampai  1330, dimana penyebutan tahun masih diperdebatkan.  Anakaji merupakan putra dari Simprusiang, Simprusiang sendiri adalah datu Luwu ke-3 yang menikah dengan Pattiang Jala. Menurut sumber dari tana Sanggala ( sesuai dengan cerita nenek saya) bahwa dari pernikahan Simprusiang dengan Pattiangjala melahirkan 3 putra masing-masing yaitu Patala Merang (Patala MEa, versi Luwu) tinggal di Gowa menjadi “Somba” (suami Ratu) dengan,  Patala Bunga (Ana’kaji, versi Luwu) menjadi “Pajung” di Luwu,  Patala Bantang tinggal di Leponna Bulang bersama Laki’ Padada (ayahnya). Dari ketiga putra ini yang menjadi cikal bakal penguasa di Jazirah Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Gorontalo hingga Sulawesi Tenggara.

Anakaji ketika dewasa menikah dengan putri Majapahit yang punya paras seperti putri Cina. Kisah pernikahan mereka terdapat dalam lontara berbunyi:

na iya manurungnge ri majampai, (Adapun yang muncul di Majapahit,) iyana riaseng Selamalama (dinamakan Selamalama) iyana siala Batara Weli (yang kawin dengan Batara Weli) najaji Tappacina (maka lahir lah Tappacina/berparas cina) iyana siala Anakaji (dia lah ini yang kawin dengan Anakaji)

Menurut sejarahwan HD. Mengemba bahwa Istri Anakaji bersaudara dengan Swan Leong yang bersaudara tiri dengan ratu Suhita yang mewarisi tahta Majapahit setelah Wikrawardhana mangkat.
Tidak banyak yang mengetahui bahwa sejak lama Luwu sebagai kerajaan terbesar pra Islam di Sulawesi punya hubungan kekerabatan dengan Majapahit yang pada masa itu merupakan kerajaan terbesar di pulau Jawa. Lalu apa yang mendorong kedua kerajaan ini membuat aliansi, salah satunya adalah kepentingan ekonomi. Majapahit membutuhkan sebuah benda yang sangat berharga dari Negeri Luwu yaitu BESI. 


Menurut Iwan Sumantri, besi Luwu sangat populer karena adanya kandungan nikel yang membuat kualitas besi menjadi ringan dengan titik didih yang rendah. Besi dengan campuran kandungan nikel menjadi bahan baku yang bagus untuk pembuatan keris. Di Nusantara besi itu disebut Pamoro Luwu.

Pada abad 11 hingga 15, Luwu mengekspor besi ke kerajaan Majapahit. Saat itu Majapahit membutuhkan besi dalam jumnlah besar untuk ekspansi militer mereka ke Sumatera, Kalimantan dan Sunda Kecil. Hal tersebut diperkuat oleh Penelitian DR. Anthony Red menyatakan bahwa besi di Majapahit berasal dari besi Luwu. Yang mengindikasikan bahwa antara Kerajaan Luwu dan Majapahit pernah menjalin hubungan bilateral. Nama Pulau Sulawesi konon berasal dari dua kata Sula (pulau), wesi (besi).

1393151671910461859
Lambang negara Malaysia dengan lima keris yang mirip dengan keris Luwu

Salah satu Mpu atau pandai besi yang terkenal pada masa kerajaan Majapahit bernama Mpu Luwuk. Mpu Luwuk terkenal mampu membuat keris yang kuat dan tidak tertandingi. Kedatuan Luwu tidak bisa terlepaskan dari sejarah peleburan besi. Dan hingga kini dalam perut Luwu masih terkandung nikel dalam jumlah yang besar. Peleburan besi pada zaman dahulu dikeloloa disekitar dana Matano, kini sekitar daerah tersebut berdiri sebuah perusahaan Nikel internasional bernama PT. Vale Indonesia. 

Satu hal yang perlu diluruskan bahwa kedatangan balatentara kerajaan Majapahit seperti yang tertulis dalam teks Negarakertagama karya Mpu Prapanca adalah untuk kepentingan ekonomi bukan ekspansi militer. Dan kerajaan di Suawesi tidak pernah dalam pengaruh kerajaan Majapahit. Sampai sekarang tidak satupun bukti arkelogi atau tulisan lontara yang menyebutkan telah terjadi perang antara Majapahit dengan kerajaan di Sulawesi pada masa itu.

Kehebatan keris Luwu tidak hanya sampai di pulau Jawa tetapi telah sampai ke negeri semenanjung Malaya. Keris Luwu mejadi koleksi berharga di negeri Melayu. Faktanya adalah sembilan dan empat belas raja/sultan yang memerintah Malaysia adalah keturunan dari bangsawan Luwu  yang berasal dari garis keturunan Anakaji (datu Luwu ke-4). Begitu besarnya pamor Keris Luwu (kawali) sehingga lambang kabupaten Luwu memakai gambar keris. Konon lambang negara Malaysia terdapat gambar lima keris yang mirip dengan keris Luwu, kelima keris menggambarkan lima opu dari tana Luwu yang dikenal dengan nama Opu Lima (Opu Daeng Parani, Opu Daeng Marewah, Opu Daeng Cella’, Opu Daeng Manambong dan Opu Daeng Kamase), wallahualam. Ini tidak berlebihan mengingat sejarah Malaysia yang pernah dipimpin oleh Opu Lima dari tana Luwu.

Kedatangan SBY bersama ibu Ani di istana Luwu membuka kembali lembaran sejarah masa silam, lembaran sejarah yang banyak dilupakan tentang hubungan dua kerajaan yaitu Majapahit dan Luwu pada suatu masa. Satu yang pasti sejak dahulu orang-orang Luwu di Sulawesi telah terikat tali persaudaraan dengan orang Majapahit di Jawa, benarlah sebuah ungkapan bahwa kita semua bersaudara terikat oleh pertautan sejarah, budaya dan darah.

Salam

Sumber:
http://tribinaallcrew.blogspot.com
http://lontaraproject.com
http://sejarahluwu.blogspot.com
http://forum.detik.com/maha-patih-gajah-mada
dan lain lain

Tidak ada komentar: