Seorang kawan saya bercerita dengan penuh keheranan, bahwa dia
berteman dengan seorang Bugis yang beragama Kristen. Dia dan seperti
hampir semua orang Bugis percaya bahwa agama orang Bugis adalah Islam.
Sejak lama orang Bugis dikenal sebagai pemeluk Islam yang taat. Mereka
juga adalah penyebar islam ke beberapa daerah di nusantara.
Tidak
berlebihan jika daerah ini dijuluki sebagai Serambi Madinah.
Memang benar hampir seratus persen orang Bugis beragama islam, kecuali
sekelompok kecil komunitas yang beragama Kristen dan Kepercayaan
Toloatang. Menarik untuk menelusuri jejak keberadaan orang Bugis
Makassar beragama Kristen di Serambi Madinah.
Gereja Katolik di Soppeng yang bergaya rumah panggung Bugis (http://blogpgmks.blogspot.com) |
Saya tidak sekaget dengan kawan itu, karena sejak lama saya sudah
mengetahui ada sekelompok Bugis asli, berbahasa Bugis dan bernama Bugis
yang beragama Kristen. Secara umum di tanah Bugis Makassar terdapat
tiga wilayah yang menjadi pusat komunitas Kristen Bugis-Makassar yaitu
di Soppeng, Gowa dan Selayar. Disaat 1,5 Milyar orang Kristen
melantunkan kidung suci dai hari Natal lalu, terdapat sekelompok kecil
orang Bugis Makassar melafazkan kidung suci untuk puang Isa.
Jejak Kristen Mendahului Islam
Sebelum islam masuk dan menjadi agama mayoritas di bumi para Passompe
(saudagar pelaut), agama Kristen lebih dahulu menancapkan pengaruhnya.
Sejarah mencatat bahwa pada tahun 1544 agama Kristen masuk dan diterima
oleh datu Suppa dan kemudian raja Siang juga dibaptis. Penerimaan
penguasa Suppa dan Siang terhadap ajaran Katholik kemungkinan juga
dipengaruhi oleh kepentingan politis. Dari arah selatan pengaruh
kerajaan Gowa yang sangat kuat sedangkan dari utara pengaruh kerajaan
Luwu masih mengakar kokoh, kedua kerajaan besar ini masih menganut
kepercayaan Patturiolong. Dua kerajaan tersebut berharap dukungan militer dari Portugis.
Injil berbahasa Makassar (gambar:http://gkss-mattirobaji.blogspot.com/) |
Dalam buku Manusia Bugis Druce maupun Christian Pelras
menuliskan bahwa tak mudah menaklukkan hati para bangsawan Bugis yang
masih memeluk kepercayaan patturioloang berdasar mitologi
Tomanurung yang merekat kuat sebagaimana bisa ditemukan dalam epos La
Galigo. Namun, diskusi teologis yang berlangsung antara de Paiva dengan
Datu Suppa La Putebulu dan Raja Siang (tak disebutkan namanya)
menyiratkan adanya “penyesuaian” antara dua kepercayaan itu. Selama
kurang lebih tiga tahun (1544-1547) kurang lebih 300 ribu rakyat di dua
kerajaan tersebut menjadi pemeluk Kristen.
Penyebaran agama Kristen kemudian berhenti total di kawasan Siang dan
Suppa (sekitar Ajatappareng sekarang) seiring dengan mundurnya portugis
dari negeri Bugis Makassar. Perang panjang Portugis di Malaka, Aceh
hingga Maluku membuat energi Portugis di nusantara menjadi terkuras,
sehingga perhatiannya atas wilayah Siang dan Suppa berkurang. Disamping
itu Portugis setengah hati membantu dua kerajaan tersebut. Tidak begitu
lama, sekitar tahun 1603 agama Islam masuk dibawa oleh mubalig dari
tanah Minang. Dan dalam waktu singkat, Islam menyebar luas ke seluruh
negeri Bugis Makassar, hanya wilayah Toraja dan Mamasa yang luput dari
Islamisasi.
Selepas perginya Portugis, tidak terdapat tanda-tanda orang Bugis
Makassar yang beragama Kristen. Kristen kembali hadir bersamaan dengan
datangnya Belanda abad ke-19 melalui B. F. Matthes, namun ahli bahasa
dari Lembaga Alkitab Belanda ini lebih berjasa mempetkenalkan dan
melestarikan warisan budaya Bugis daripada membawa orang Bugis kepada
Kristen. Baru pada tahun 1930-an dan awal 1940-an beberapa bangsawan
Bugis di daerah Barru dan Soppeng tertarik pada Injil terkait dengan
ramalan-ramalan mesianis Petta Barang, seorang tokoh religius setempat.
Mereka bersama kelaurga dan banyak pengikutnya dibaptis.
Kristen di Jaman Sekarang
Di halaman depan salah satu blog milik Persekutuan Generasi Muda Kristen
Soppeng (PGMKS) kita menjumpai susunan pengurus PGMKS, dari nama-nama
tersebut jejak Bugis asli masih kelihatan. Nama-nama seperti Pdt. Armin
Sukri Kanna, tanpa embel-embel pendeta didepan namanya semua orang
pasti mengira mereka muslim. Lalu ada nama Bugis seperti Mulyadi Masse
atau Emza Zainuddin. Di Soppeng komunitas Kristen Bugis terdapat di
tiga tempat yaitu di Watan Soppeng, di Woddi kecamatan Marioriwawo
terdapat satu gereja dan di Pacongkang kecamatan Liliaraja. Salah satu
tokoh Kristen dari Soppeng yang terkenal adalah Letjen (Purn).Theo
Syafei salah satu kader PDI-P.
peta kabupaten Soppeng (gambar: myvilalge.web) |
Bugis Kristen juga bisa dijumpai di daerah Moncongloe, kabupaten Gowa.
Dahulunya daerah ini menjadi tempat tahanan politik (Tapol) PKI. Setelah
kompleks tapol dibubarkan maka sejumlah warga Kristen menetap di
Moncongloe dan keluarganya datang bergabung. Kristen juga bisa ditemui
di daerah pegunungan disekitar Malino, mereka adalah penduduk asli
Makassar yang berpindah agama. Sedangkan di Selayar (sebuah pulau
diselatan Sulawesi) pemeluk Kristen dari suku Makassar adalah bekas
penganut ajaran Muhdi Akbar yang sesat. Setelah pemerintah membekukan
ajaran ini, para pengikutnya beralih ke agama Islam, Kristen dan Hindu.
Di Pulau Selayar terdapat beberapa gereja yang jemaatnya dari suku
Makassar dengan jumlah sangat kecil.
Sebuah gereja di Makassar sengaja mengambil nama dari bahasa Makassar,
namanya gereja Mattiro Baji yang artinya melihat (mattiro) kebaikan
(baji). Salah satu tokoh gereja ini adalah Pdt. M.Umar Kasau Kanna, dari
namanya bisa ditebak berasal dari Bugis Makassar. Gereja ini multi
etnis termasuk sekelompok jemaatnya dari suku Bugis Makassar. Ketua
Majelis gerejanya juga bernama Bugis Makassar Pnt. Drs. Ruslan Djalang.
Satu Leluhur
Secara total dari sekitar 4,5 juta suku Bugis dan Makassar di Sulsel,
98% lebih adalah pemeluk Islam dan menyisahkan kurang 1% diantaranya
beragama Kristen. Berbeda dengan Suku Toraja yang identik dengan
Kristen, jumlah orang Islam dari suku Toraja yang berdiam di Kabupaten
Toraja dan Toraja Utara bisa mencapai 5%. Bahkan diluar Toraja, di
daerah Luwu jumlah Toraja Muslim lebih banyak dari Kristennya
perbandingannya 70:30. Saya sendiri seorang Muslim dari Suku Toraja.
Membahas agama dan suku Toraja memang sangat beragam dan unik, saya
akan tulis dilain kesempatan.
Apapun agamanya, orang Bugis, Makassar, Toraja dan Mandar merupakan satu
kesatuan persaudaraan. Mereka berasal dari satu leluhur yang sama, Tomanurung. Perbedaan tidak membuat sekat diantara penganutnya melainkan saling mempererat tali persahabatan. Perbedaan adalah rahmat.
Salam
referensi: diolah dari berbagi Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar