Melihat foto-foto sekolah, seperti membuka labirin masa lalu disuatu bagian kota bernama Kendari. Masa kanak kanak tsb menyimpan banyak lembaran cerita. Di SDN 10 Pembina Mandonga saya berteman dgn banyak orang dari banyak suku. Beberapa yg masih teringat seperti Kawan Made dari Bali, depan rumahnya ada pura kecil, teman sebangku sy namanya Rama Eka Dharma, dia kena asma, tdk sempat tamat lalu pindah ke Makassar.
Lalu ada Afdal dari Sulawesi, saya pernah berkelahi dgnnya, namun setelah itu kami jadi kawan baik. Ada Syarif dan Ikhsan asli Tolaki, Burhan kawan baik saya yg asli Buton, badannya kecil kami berteman sampai SMP kelas 1. Ada dari Jawa, salah satunya bernama Arief, ada dr Minang punya warung Makan Andalas. Ada Albert asli Toraja, kalau ke rumahnya saya seperti pulang kampung karena semua dirumahnya berbahasa toraja.
Didepan sekolah ada lapangan luas, sebelum lonceng berbunyi tempat itu ramai jadi tempat bermain. Jangan tanya lagi sebelum belajar baju kami sdh penuh dgn keringat dan minyak rambut itu meleleh putih, teman saya yg pakai minyak rambut lavender penuh dgn ampas debu. Di kelas sy duduk paling depan, walau duduk paling depan sy sering gagal fokus. Satu satunya pelajaran yg menggairahkan adalah IPS.
*****
Pernah suatu hari panilik (pengawas dr propinsi) datang ke kelas, dia mengambil sebuah peta Indonesia. Lalu menantang kami menunjukan letaknya, pertama di menyebut Pegunungan Verbeek. Secepat kilat sy angkat tangan dan menunjuk tepat tempat tsb, selanjutnya pulau Bawean, seingat saya 4 kali sy naik dan menunjukan dgn tepat. Saar teman2 masih sibuk memplototi buku atlas mereka, sy sdh tunjuk tangan..hehehe. Penasaran dia menyebut pulau Andaman yg letaknya di atas Aceh, tapi dia gak bisa mengelabuhi saya, walau bukan bagian Indonesia, saya ingat letak pulau tsb. Dan sang panilik itu terpana.
Setelah itu dia menyebut banyak negara dan kami diminta menyebut ibukotanya, sekali lagi sy menjawabnya dgn tepat...hahahaha..kalau soalnya IPA atau Matematika pasti sy diam membisu. Dari kecil pikiran saya terbiasa mengembara ke banyak tempat, sebaliknya tdk bergairah membahas yg pasti2...hehehe
Saat teman2 asyik tukaran majalah bobo dan ananda, saya malah asyik membaca Koran Kompas, bobo dan ananda hanya pelengkap. Maka terkaget kaget seisi kelas saat diskusi ttg olahraga. Ceritnya kelompok saya membawakan materi ttg Bulutangkis. Mulailah kami dihujani pertanyaan seputar olahraga tepok bulu. Sesi paling menebarkan ketika ada yg bertanya soal All England. Hah...kami menjawabnya.dgn sempurna sampai skors pun sy jawab dgn pas...hahahaha
Jangan tanya rangking kelas, rangking sy anjlok terlempar dari 10 besar. Urusan cewek pun sy payah, ketika teman2 mulai melirik cewek sy hanya terdiam bisu. Sy masih ingat bbrapa teman cewek yg mencuri perhatian saya, ada Roida, Masyitha, Yuli, Ita. Nama terakhir ini, sy pernah melihatnya di kampus Unhas, sayang sy gak punya nyali menyapanya...payah payah.
Walau hanya 1.5 tahun (kelas 5 sampai 6) di sekolah tsb. Kenangannya selalu terbayang bayang. Di depan sekolah ada warung yg penjualnya orang Bugis, dia susah diajak tawar menawar. Di samping sekolah saat jam istirahat ada penjual pecel dan nasi kuning, waktu itu harganya masih 100 rupiah. Ada juga tempat penyewaan game box, sekali main bayar 100 rupiah. Kebayangkan kalau hanya bawa duit 100 rupiah, pilihannya makan atau main game.
****
Bagian lain adalah ke sekolah bersama almarhum adik saya. Almarhum ini bberapa kali baku hantam di sekolah. Pernah dia pulang sekolah bajunya banyak bercak darah. Rupanya dia habis berkelahi. Kalau saya suka diplomasi, maka almarhum susah kompromi. Pernah pulang sekolah koper tas kami ditendang orang, tanpa ba bi bu dia langsung melompat memukulnya.
Suatu hari saya terima surat dari mama dikampung, dia menulisnya dgn rapi dan panjang. Disudut sekolah sy menyendiri membaca surat tsb. Tak terasa mata berkaca kaca membaca suratnya. Surat tsb sy simpan dgn baik di lemari baju, saat rindu memuncak saya membaca kembali surat tsb. Sampai surat tsb kucel.
Memori 25 tahun itu kadang membuat hati pilu, tersenyum indah, bahkan berharap bisa melompat ke masa silam. Akh seandainya pintu doraemon itu nyata, ingin rasanya meminjamnya. Seolah menjadi perputaran waktu, masa-masa itu kerap kali hadir dan membuka memori yang tak berkesudahan.
Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar