Di dunia kerja para akuntan banyak dibutuhkan baik di instansi
pemerintah maupun perusahaan swasta. Setiap pengumuman CPNS porsi tenaga
teknis untuk sarjana akuntansi atau akuntan sangat banyak. Setiap
perusahaan dari koperasi sampai multinasional pastinya ada tenaga
akuntansi nya, dari perusahaan perkebunan, pertambangan, perdagangan,
industri, perbankan dll pasti punya tenaga keuangan (akuntansi).
Logikanya setiap perusahaan pasti digerakkan oleh uang, dan mesti ada
seorang yang mengurus keuangan dan perpajakan. Di Indonesia tenaga
keuangan & Perpajakan identik dengan profesi akuntan. Dulu sebelum
ada aturan baru tentang profesi akuntan, lulusan strata satu Akuntansi
dari PTN menyandang titel SE.Ak (Sarjana Ekonomi-Akuntan).
Lapangan profesi akuntan cukup luas dari staf keuangan, akuntansi,
pajak, internal auditor, eksternal auditor, praktisi saham, akuntan
pemerintah, konsultan pajak dll.
Di perusahaan dan instansi pemerintah akuntan bertugas melakukan
pencatatan, pelaporan & analisa laporan keuangan. untuk level senior
tugas sebagai analisis laporan keuangan menjadi sangat penting, tanpa
ini direksi perusahaan akan kesulitan meraba kemampuan perusahaannya.
Analisa ini penting untuk mengetahui seberapa besar untung perusahaan,
pergerakan saham, debitor nakal, effisiensi dana dll.
Tanpa kerja akuntan para direksi, manajer, supervisor seperti kapal yang
dihantam ombak terhuyung huyung di gelapnya samudera. Pengambilan
keputusan atau kebijakan sangat tergantung dari informasi seorang
akuntan. Finance (keuangan) & Akuntan merupakan jantungnya
perusahaan.
Tapi ada ungkapan yang mengatakan sehebat-hebatnya profesi atau kerjaan
seorang akuntan toh mentoknya hanya jadi ban serep direktur utama. ini
karena selama kuliah para akuntan hanya diajarkan cara untuk menyediakan
informasi keuangan ke manajemen.
Para akuntan tidak pernah diajarkan untuk menjadi pengambil keputusan
strategis dalam perusahaan. Paradigma yang terbentuk karakter akuntan
sama dengan buruh bukan seorang big boss. Ketika sampai pada
level direktur keuangan (dilevel ini akuntan boleh berjaya) para akuntan
akan kesulitan menuju klimaks karir sebagai direktur utama. Dari
pengamatan saya dari puluhan direktur keuangan di BUMN atau perusahaan
lainnya hanya segelintir akuntan yang bisa tembus ke level paling atas
di perusahaan sebagai presiden director atau CEO.
Jadi kalau ada akuntan yang bisa menembus level direktur utama itu
karena pola pikirnya sudah berubah dari sekedar pembuat laporan, bekerja
selayaknya seorang dirut sebagai pengambil keputusan. Seorang akuntan
mesti bisa membuka wawasannya tidak hanya jago hitung dan memplototi
angka-angka tapi juga harus paham bidang kerja perusahaan itu.
Ilmu-ilmu sosial dan ilmu bisnis lainya mesti banyak dilahap seorang
akuntan sehingga wawasannya terus terupgrade. Seorang Akuntan yang
bekerja di pertambangan emas mesti tahu proses bisnis pengolahan emas,
begitu pun jika kerja di bidang Agro bisnis, perbankan, Industri, dagang
dll.
Emirsyah Satar contoh seorang akuntan yang mampu jadi pilot (Direktur
utama) PT. Garuda Indonesia, pengalaman sebagai direktur keuangan di
beberapa bank dan di Garuda dikonversi jadi kemampuan memimpin maskapi
penerbangan terbesar di Indonesia.
Sergio Marchionne yang juga seorang akuntan bisa menjabat president
director Fiat Grup, sebuah perusahaan otomotif terkemuka didunia.
Juga dengan Eva Riyanti Hutapea pernah menjabat sebagai direktur utama
PT. Indofood Sukses Makmur, tidak punya pengetahuan tantang produksi Mie
tapi bisa berada di level atas. Lalu ada juga Sandiaga S. Uno tokoh
muda yang sekarang memimpin PT. Adaro Energy Indonesia, PT. Saratago
investama Sedaya dan beberapa perusahaan lainnya. Dan yang paling hebat
adalah Erry Firmansyah mantan Direktur Bursa Efek Jakarta ini adalah
komisaris di 9 perusahaan besar, dianggap sebagai pencapaian terbaik
dari seorang eksekutif profesional. Masih banyak contoh yang lain bahwa
sebenarnya akuntan juga mampu menjadi direktur utama.