30 Mei 2012

Bomber Maut Garuda Sepanjang Masa

 
Dalam sejarah sepakbola kita, Indonesia terkenal pernah memilik predator kotak 16 yang membuat bulu kuduk kiper lawan ketakutan. Keganasan striker kita sangat membantu tim nasional memenangkan beberapa kejuaraan resmi sepakbola di kawasan regional Asia Tenggara hingga pernah menjadi salah satu tim nasional dari benua Asia yang di segani dunia. Setidaknya adal ima pemain depan garuda yang layak di sebut predator kotak penalti, instink mencetak gol mereka terbaik pada eranya.

Ramang
1. Ramang 

Timnas Indonesia pernah sangat di takuti di kawasan Asia. Julukan sebagai Macan Asia pun bahkan pernah disandang oleh Tim Merah Putih era 50-an. Dan salah satu aktor penting timnas pada era kejayaan ini adalah Ramang.  Pada lawatannya tahun 1954 ke berbagai negeri Asia (Filipina, Hongkong, Muangthai, Malaysia) PSSI hampir menyapu seluruh kesebelasan yang dijumpai dengan gol menyolok. Dari 25 gol timnas, 19 di antaranya lahir dari kaki Ramang.
Ramang merupakan produk sepakbola Makassar, bersama Suardi Arlan (kanan)dan Nursalim (kiri) trio PSM ini menjadi kekuatan lini depan tim nasional yang menakutkan di kawasan Asia. Sebagai penyerang tengah Ramang dikenal haus gol. Selain punya kecepatan, Ramang juga memiliki tendangan yang cukup keras. Satu lagi talenta Ramang yang merupakan bakat alam adalah kemampuannya melakukan tendangan salto.

Keahlian itu tampaknya karunia alam untuk pribadi Ramang seorang sebagai bekas pemain sepakraga yang ulung. Gol melalui tendangan salto yang indah dan mengejutkan seringkali dipertunjukkan oleh Ramang. Satu di antaranya saat PSSI mengalahkan RRC dengan 2-0 di Jakarta. Kedua gol itu lahir dari kaki Ramang, satu di antaranya tembakan salto.

Prestasi yang membanggakan timnas bersama Ramang adalah lolos hingga perempat final Olimpiade Melbourne 1956 sebelum di hentikan Uni Sovyet 0-0 0-4. Tahun 1958 Timnas Indonesia punya kesempatan bisa tampil di piala dunia Swedia, Sayang sekali lawan selanjutnya ialah Israel (yang tak punya hubungan diplomatik dengan Indonesia) maka PSSI terpaksa tidak berangkat.

2. Soetjipto Soentoro 

Selepas Ramang tim nasional kita memiliki penyerang tengah hebat yang ada pada diri Soetjito Soentoro. Salah satu panggung kehebatan si gareng julukan Soetjito terjadi ketika PSSI melakukan tour Eropa, pada partai melawan Werder Bremen . Indonesia memang kalah 5-6, dua di antara enam gol Werder Bremen diperoleh melalui tendangan penalti.
Pelatih Werder Bremen memuji “Saya yakin setiap klub sepakbola Jerman Barat akan bersedia menerima pemain-pemain seperti Soetjipto Soentoro dan Max Timisela, yang sangat berkualitas”.
Kedua pemain Indonesia ini memang paling banyak mendapat tepuk tangan riuh setiap kali ia “menggoreng bola” dan “menipu” dua atau bahkan tiga pemain belakang Werder Bremen yang tinggi besar itu. Beberapa pemain belakang Werder Bremen bahkan saling meneriaki ke sesama temannya “Pele”, “Pele”, “Pele” yang dimaksudkannya mengingatkan temannya agar menjaga ekstra keras Soetjipto Soentoro, yang mencetak tiga gol dalam pertandingan tersebut.

Prestasi  membanggakan si Gareng bersama timnas ketika pada final Kings cup 1968 di Bangkok, timnas Indonesia berhasil mengalahkan Myanmar (Burma) 1-0 yang ketika itu merupakan tim terkuat di Asia bersama Iran. Gol tunggal kemenganan di cetak si Gareng.

3. Ricky Yakobi 

Pertengahan 80an Garuda senior memiliki striker haus gol bernama Ricky Yakobi. Bersama Bambang Nurdiansyah, Ricky Yakobi menjadi salah satu langganan lini depan garuda. Ricky kerap dijuluki Paul Brietner Indonesia dan merupakan penyerang opurtunis yang mengandalkan kecepatan dalam bermain. Tampangnya yang lumayan ganteng dan rambutnya yang gondrong membuat Ricky begitu dikenal. Aksi puncakya terjadi di ajang Asian Games 1986 di Korea Selatan.
Ketika itu, tim nasional Indonesia hanya kalah 0-2 dari Arab Saudi dan bermain imbang 1-1 melawan Qatar Tim Indonesia lalu menang 1-0 lawan Malaysia dan menang 4-3 (penalty) melawan UEA. Ricky mengagetkan orang ketika ia mencetak gol sewaktu melawan UEA. Gol voli dengan tendangan langsung tanpa sempat menyentuh tanah, ia lesakan dari sisi kiri gawang UEA dalam jarak yang amat jauh. Bersama timnas Ricky mempersembahkan medali emas Sea Games 1987 dan semifinalis Asian Games 1986. Ricky bermain sebanyak 30 kali untuk timnas dengan mencetak sekitar 15 gol.

4. Kurniawan Dwi Julianto.

Kurniawan merupakan striker opurtunis, kecerdikan dan kelincahannya dalam kotak 16 seringkali merepotkan lawan. Kurniawan adalah produk mahal PSSI berlebel Primavera, aksi kehebatannya membuat klub Italia Sampdoria meminangnya. Kurniawan juga pernah bermain di Liga Swiss FC Lucern. Berseragam merah Putih Kurniawan menjadi idola pada masa keemasannya. Aksinya selalu di tunggu-tungggu jutaan penonton di Indonesia.

Ketika piala Asia 2000 di Lebanon, timnas kala itu gagal mencetak gol tapi aksi Kurniawan membuat decak kagum reporter televise asing dengan mengatakan” Indonesian number ten is very good”. Sepulang dari Piala Asia 2000 timnas bersama Kurniawan menjadi finalis Piala Tiger 2000. Aksi terakhirnya di timnas pada saat Semifinal Piala Tiger 2006 sangat berkesan. Tertinggal anggergat 0-2, Kurniawan masuk sebagai pemain pengganti mampu menghidupkan serangan timnas dari sebiji gol penyemangat berhasil di persembahkan, stadion Bukit Jalil menjadi saksi Indonesia membantai Malaysia 4-1. Catatan penampilan Kurniawan untuk timnas cukup fantastik dengan 60 penampilan serta 31 gol.  Medali Perak Sea Games 1997, Finalis Piala Tiger 2000 & 2004 merupakan persembahan Kurniawan bagi tim nasional.

5. Bambang Pamungkas

Kalau ada yang bertanya siapa pemain tim nasional paling subur mencetak gol maka jawabannya adalah Bambang Pamungkas (Bepe). Sebenarnya saya kurang sreg memasukkan nama Bambang sebagai salah satu predator hebat timnas, itu karena Bepe berbeda dengan striker timnas sebelumnya yang di kenal mempunyai sprint pendek yang cepat serta mempunyai naluri pembunuh dalam kotak penalti. Bepe mempunyai kelebihan pada bola-bola atas (heading), bola mati dan tendangan dari luar kota 16. Namun lesatan 36 gol dari 80 penampilan merupakan bukti statistik kehebatan Bepe.
Satu-satunya prestasi yang membanggakan di persembahkan Bepe selama berkostum timnas adalah ketika kita menjadi finallis Piala Tiger 2002, ketika itu Bepe tampil sebagai Top Scorer dengan 8 gol. Sepertinya masa keemasan Bepe akan segera berakhir, pemain naturalisasi Christian Gonzales menjadi penerus Bepe sebagai tukang gedor tim garuda senior.

Dari kelima striker di atas saya memilih Ramang sebagai striker yang paling hebat, Ramang mempunyai skill yang lengkap di samping mempunyai akurasi tembakan yang bagus dari segala penjuru. Selain kelima striker tersebut timnas pernah memiliki striker hebat seperti Risdianto (era 70an), Bambang Nurdiansyah (Era 80an), Widodo C. Putra (Era 90an) hingga Boaz Salossa. Ataukah pembaca memiliki striker pilihan yang lain yang layak di sebut penyerang haus gol Garuda.


Salam

Tidak ada komentar: