Dalam sejarah sepakbola kita, Indonesia
terkenal pernah memilik predator kotak 16 yang membuat bulu kuduk kiper
lawan ketakutan. Keganasan striker kita sangat membantu tim nasional
memenangkan beberapa kejuaraan resmi sepakbola di kawasan regional Asia
Tenggara hingga pernah menjadi salah satu tim nasional dari benua Asia
yang di segani dunia. Setidaknya adal ima pemain depan garuda yang layak
di sebut predator kotak penalti, instink mencetak gol mereka terbaik
pada eranya.
Timnas Indonesia pernah sangat di takuti di kawasan Asia. Julukan
sebagai Macan Asia pun bahkan pernah disandang oleh Tim Merah Putih era
50-an. Dan salah satu aktor penting timnas pada era kejayaan ini adalah
Ramang. Pada lawatannya tahun 1954 ke berbagai negeri Asia (Filipina,
Hongkong, Muangthai, Malaysia) PSSI hampir menyapu seluruh kesebelasan
yang dijumpai dengan gol menyolok. Dari 25 gol timnas, 19 di antaranya
lahir dari kaki Ramang.
Ramang merupakan produk sepakbola Makassar, bersama Suardi Arlan
(kanan)dan Nursalim (kiri) trio PSM ini menjadi kekuatan lini depan tim
nasional yang menakutkan di kawasan Asia. Sebagai penyerang tengah
Ramang dikenal haus gol. Selain punya kecepatan, Ramang juga memiliki
tendangan yang cukup keras. Satu lagi talenta Ramang yang merupakan
bakat alam adalah kemampuannya melakukan tendangan salto.
Keahlian itu tampaknya karunia alam untuk pribadi Ramang seorang sebagai
bekas pemain sepakraga yang ulung. Gol melalui tendangan salto yang
indah dan mengejutkan seringkali dipertunjukkan oleh Ramang. Satu di
antaranya saat PSSI mengalahkan RRC dengan 2-0 di Jakarta. Kedua gol itu
lahir dari kaki Ramang, satu di antaranya tembakan salto.
Prestasi yang membanggakan timnas bersama Ramang adalah lolos hingga
perempat final Olimpiade Melbourne 1956 sebelum di hentikan Uni Sovyet
0-0 0-4. Tahun 1958 Timnas Indonesia punya kesempatan bisa tampil di
piala dunia Swedia, Sayang sekali lawan selanjutnya ialah Israel (yang
tak punya hubungan diplomatik dengan Indonesia) maka PSSI terpaksa tidak
berangkat.
2. Soetjipto Soentoro
Selepas Ramang tim nasional kita memiliki penyerang tengah hebat yang
ada pada diri Soetjito Soentoro. Salah satu panggung kehebatan si gareng
julukan Soetjito terjadi ketika PSSI melakukan tour Eropa, pada partai
melawan Werder Bremen . Indonesia memang kalah 5-6, dua di antara enam
gol Werder Bremen diperoleh melalui tendangan penalti.
Pelatih
Werder Bremen memuji “Saya yakin setiap klub sepakbola Jerman Barat
akan bersedia menerima pemain-pemain seperti Soetjipto Soentoro dan Max
Timisela, yang sangat berkualitas”.
Kedua pemain Indonesia ini memang paling banyak mendapat tepuk tangan
riuh setiap kali ia “menggoreng bola” dan “menipu” dua atau bahkan tiga
pemain belakang Werder Bremen yang tinggi besar itu. Beberapa pemain
belakang Werder Bremen bahkan saling meneriaki ke sesama temannya
“Pele”, “Pele”, “Pele” yang dimaksudkannya mengingatkan temannya agar
menjaga ekstra keras Soetjipto Soentoro, yang mencetak tiga gol dalam
pertandingan tersebut.
Prestasi membanggakan si Gareng bersama timnas ketika pada final Kings
cup 1968 di Bangkok, timnas Indonesia berhasil mengalahkan Myanmar
(Burma) 1-0 yang ketika itu merupakan tim terkuat di Asia bersama Iran.
Gol tunggal kemenganan di cetak si Gareng.
3. Ricky Yakobi
Pertengahan 80an Garuda senior memiliki striker haus gol bernama Ricky
Yakobi. Bersama Bambang Nurdiansyah, Ricky Yakobi menjadi salah satu
langganan lini depan garuda. Ricky kerap dijuluki Paul Brietner
Indonesia dan merupakan penyerang opurtunis yang mengandalkan kecepatan
dalam bermain. Tampangnya yang lumayan ganteng dan rambutnya yang
gondrong membuat Ricky begitu dikenal. Aksi puncakya terjadi di ajang
Asian Games 1986 di Korea Selatan.
Ketika itu, tim nasional Indonesia hanya kalah 0-2 dari Arab Saudi dan
bermain imbang 1-1 melawan Qatar Tim Indonesia lalu menang 1-0 lawan
Malaysia dan menang 4-3 (penalty) melawan UEA. Ricky mengagetkan orang
ketika ia mencetak gol sewaktu melawan UEA. Gol voli dengan tendangan
langsung tanpa sempat menyentuh tanah, ia lesakan dari sisi kiri gawang
UEA dalam jarak yang amat jauh. Bersama timnas Ricky mempersembahkan
medali emas Sea Games 1987 dan semifinalis Asian Games 1986. Ricky
bermain sebanyak 30 kali untuk timnas dengan mencetak sekitar 15 gol.
4. Kurniawan Dwi Julianto.
Kurniawan merupakan striker opurtunis, kecerdikan dan kelincahannya
dalam kotak 16 seringkali merepotkan lawan. Kurniawan adalah produk
mahal PSSI berlebel Primavera, aksi kehebatannya membuat klub Italia
Sampdoria meminangnya. Kurniawan juga pernah bermain di Liga Swiss FC
Lucern. Berseragam merah Putih Kurniawan menjadi idola pada masa
keemasannya. Aksinya selalu di tunggu-tungggu jutaan penonton di
Indonesia.
Ketika piala Asia 2000 di Lebanon, timnas kala itu gagal mencetak gol
tapi aksi Kurniawan membuat decak kagum reporter televise asing dengan
mengatakan” Indonesian number ten is very good”. Sepulang dari Piala
Asia 2000 timnas bersama Kurniawan menjadi finalis Piala Tiger 2000.
Aksi terakhirnya di timnas pada saat Semifinal Piala Tiger 2006 sangat
berkesan. Tertinggal anggergat 0-2, Kurniawan masuk sebagai pemain
pengganti mampu menghidupkan serangan timnas dari sebiji gol penyemangat
berhasil di persembahkan, stadion Bukit Jalil menjadi saksi Indonesia
membantai Malaysia 4-1. Catatan penampilan Kurniawan untuk timnas cukup
fantastik dengan 60 penampilan serta 31 gol. Medali Perak Sea Games
1997, Finalis Piala Tiger 2000 & 2004 merupakan persembahan
Kurniawan bagi tim nasional.
5. Bambang Pamungkas
Kalau ada yang bertanya siapa pemain tim nasional paling subur mencetak
gol maka jawabannya adalah Bambang Pamungkas (Bepe). Sebenarnya saya
kurang sreg memasukkan nama Bambang sebagai salah satu predator hebat
timnas, itu karena Bepe berbeda dengan striker timnas sebelumnya yang di
kenal mempunyai sprint pendek yang cepat serta mempunyai naluri
pembunuh dalam kotak penalti. Bepe mempunyai kelebihan pada bola-bola
atas (heading), bola mati dan tendangan dari luar kota 16. Namun lesatan
36 gol dari 80 penampilan merupakan bukti statistik kehebatan Bepe.
Satu-satunya prestasi yang membanggakan di persembahkan Bepe selama
berkostum timnas adalah ketika kita menjadi finallis Piala Tiger 2002,
ketika itu Bepe tampil sebagai Top Scorer dengan 8 gol. Sepertinya masa
keemasan Bepe akan segera berakhir, pemain naturalisasi Christian
Gonzales menjadi penerus Bepe sebagai tukang gedor tim garuda senior.
Dari kelima striker di atas saya memilih Ramang sebagai striker yang
paling hebat, Ramang mempunyai skill yang lengkap di samping mempunyai
akurasi tembakan yang bagus dari segala penjuru. Selain kelima striker
tersebut timnas pernah memiliki striker hebat seperti Risdianto (era
70an), Bambang Nurdiansyah (Era 80an), Widodo C. Putra (Era 90an) hingga
Boaz Salossa. Ataukah pembaca memiliki striker pilihan yang lain yang
layak di sebut penyerang haus gol Garuda.
Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar