8 Jan 2012

Belajar ke Bangsa Mongol

Siapa yang menduga bangsa yang primitif jauh dari peradaban dunia  pernah mengusai 1/2 dari daratan bumi ini, adalah  bangsa Mongol atau Tartar yang nomaden bisa memutarbalikan semua fakta sejarah. Sebuah bangsa kecil yang berubah jadi besar ditangan seorang pemimpin yang agung, karakter bangsa nomaden yang petarung, pemberani dan tangkas menunggang  kuda di manfatkan betul oleh Hulagu khan yang agung.  Sebaliknya berapa banyak bangsa besar yang jadi bulan-bulanan bangsa lain karena tidak memiliki pemimpin besar seperti Hulagu  atau Jenghis khan.
 
Bangsa Han yang tergolong besar selalu jadi kawasan empuk bangsa di sekitarnya, Mongol menjarahnya, selanjutnya Jepang menodai negeri ini..tahukah bahwa tembok China yang besar (the great wall) itu tidak lebih dari lambang ketakutan bangsa Han atas serangan bangsa luar dari utara.  kembali saya katakan, mari belajar ke bangsa Mongol, bukan berarti kita ikut-ikutan menjadi bangsa penjajah (seperti Amerika  Serikat di negeri seribu satu malam), yang tidak segan membunuh atau menjarah bangsa lain seperti yang dilakukan bangsa Mongol terhadap peradaban islam dari Samarkand sampai Baghdad.

Setidaknya ada 3 hal kita harus “Belajar ke bangsa Mongol”. Pertama Bangsa Mongol menonjol karena memiliki pemimpin yang berani dan berwibawa serta berani menanggung kesalahan bawahannya, bukan pemimpin kacangan yang pengecut tidak   perlu merasa bertanggungjawab atas kesalahan para menterinya juga bukan pemimpin yang hanya berkeluh kesah kapada rakyatnya, atau pemimpin yang selalu menadah tangannya dibawah memohon bantuan asing, kita rindu pemimpin Macam Soekarno yang dengan lantang berkata ” go to hell with your aid” kepada  bangsa barat. Sayang prinsip ini, beberapa dekade berikutnya justru di khianati sendiri oleh bangsanya bahkan keturunannya sendiri.
Yang kedua, Bangsa Mongol memiliki persatuan yang kuat. 

Sebenarnya bukan perkara gampang mempersatukan bangsa nomaden yang hidupnya berpindah-pindah dari satu kemah ke kemah yang lain, tapi oleh Hulagu khan dan Timujin bangsa ini  kemudian dipersatukan jadi suatu bangsa yang kuat. Melalui Sumpah Pemuda 1928 pemuda bangsa ini pernah berikrar satu  tanah Air Tanah air Indonesia, namun setelah Merdeka ikrar ini   dikhianati. Orang Aceh (saya lebih senang menyebutnya Bangsa Aceh karena keberanian mereka) yang tidak pernah  dijajah bangsa manapun harus kecewa dengan perlakuan   pemerintah pusat, papua yang secara fisik berbeda dengan “ras melayu” pada umumnya menuntut lepas dari Indonesia karena  ketidakpuasan pembangunan, kalimantan yang kaya raya tertinggal jauh dari saudara mereka di Pulau Jawa, demikian  juga Sulawesi yang kaya emas dan nikel dan lainnya yang merasa adanya ketidakadilan pembagian “kue” pembangunan ini.

Ketiga, bangsa Mongol beruntung mempunyai penunggang kuda terbaik didunia, kecakapan bangsa mongol ini hanya bisa disaingi oleh Bangsa barbar di Afrika utara..dengan kemampuan menunggang kuda yang cepat mereka bisa dengan mudah melumpuhkan lawan di medan tempur manapun, yah tentunya bukan hanya faktor itu, manusia Mongol juga mempunyai pemanah terbaik dan jangan lupa kuda bangsa mongol juga merupakan salah satu jenis kuda terbaik di dunia, dalam bahasa Manajemen bangsa Mongol memiliki SDM yang hebat (penunggang kuda terbaik) dan SDA (sumber daya alam) yang baik (walau hanya berupa kuda liar). Soal SDA siapa yang bisa mengalahkan bangsa kita, semua jenis tambang ada di negeri ini, cadangan Minyak dan tambang kita cukup besar tapi justru dikuasai bangsa asing untuk kemakmuran bangsa asing bukan untuk bumiputera, tanah kita subur sampai-sampai Koes plus dalam lirik lagunya bersenadung “orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman” kalau boleh meminjam istilah Quran yang agung, negeri kita digambarkan sebagai “Baldayatun Thayibah warabbun ghafur” negeri subur dan makmur dan apa lacur jumlah orang miskin Indonesia sampai 50 juta jiwa, bahkan kalau memakai standar WHO bisa jadi lebih banyak lagi, sebuah ironi negara kaya raya bernama Indonesia.
Kita sudah kehilangan satu generasi yang gagal mengangkat  martabat bangsa ini, dan kita sama berharap kepada ilahi sang  pencipta alam ini agar bangsa ini melahirkan seorang pemimpin  besar yang bisa mempersatukan bangsa ini dalam bingkai  kesejahteraan yang merata dan adil dengan memanfaatkan kekuatan ekonomi yang ada.

Salam

Tidak ada komentar: