Ali vs Foreman dalam Rumble in the Jungle |
"Saya tidak ada masalah dengan orang-orang Vietcong, dan tidak ada satupun orang Vietcong yang memanggilku dengan sebutan Nigger!”
Ucapan diatas merupakan ucapan terkenal dari seorang petinju yang masyhur bernama Muhammad Ali. Muhammad Ali merupakan salah satu legenda tinju dunia, sebagai petinju keturunan Afro-Amerika, Ali juga sering terlibat pergolakan rasial di benua Amerika. Ali lahir di negeri “ayam goreng” Kentucky pada 17 Januari 1942 dengan nama Cassius Marcellus Clay, Jr. Dalam usianya 70 tahun Ali terus berjuang menghadapi penyakit Parkinson.
Ali mengenal tinju secara tidak sengaja, ketika itu Ali kecil mendatangi kantor polisi untuk melaporkan kehilangan sepeda BMXnya, beruntung Ali bertemu dengan polisi yang juga pelatih tinju bernama Joe Martin. Lewat Martin, Ali diperkenalkan dengan tinju. Dari sekedar berlatih tinju untuk menghajar si pencuri sepeda membawa Ali menjadi juara tinju dunia kelas berat. Seperti kebanyakan juara tinju dunia, karir tinju Ali dimulai dari amatir. Ali sukses meraih emas pada olimpiade 1960 Roma, Italia.
Bakat tinju Ali kemudian dilanjutkan ke pro. Pertandingan pertamanya dilalui dengan kemenangan angka atas Tunny Hunsaker. Untuk memotivasi dirinya menjadi petinju besar, Ali tidak malu-malu untuk mengetuk pintu tetangganya sambil berujar Aku lah sang juara dunia, dan para tetangga mengangap Ali sudah gila. Beberapa tahun kemudian Ali si gila mampu membuat para tetangganya percaya.
Setelah melewati 19 partai profesionalnya, Pada 25 Februari 1964, Ali berkesempatan melawan juara dunia Sonny Liston. Pertandingan melawan Liston penuh dengan tensi yang tinggi. Sebelum masuk ring, di media keduanya sudah perang mulut, karena komentar besarnya Ali sering dijuluki si mulut besar.
Kepercayaan dirinya memang sangat luar biasa. Melawan Liston, Ali seperti seoarang juara sesungguhnya, tidak ada rasa takut menghadapi sang juara. Hingga pada ronde ke-7 kombinasi pukulan Ali membuat Liston tersungkur, Ali menang TKO ronde ke-7 dan menjadi juara dunia, sesumbarnya di hadapa para tetangga dan media dunia menjadi kenyataan. Setelah juara dunia Ali mengumumkan agama barunya, dan mengganti namanya menjadi Muhammad Ali.
Masa-masa sulit dilaluinya dari tahun 1967 sampai 1970 ketika Ali menolak untuk ikut program wajib militer Amerika Serikat. Ucapannya yang populer saat itu adalah“Saya tidak ada masalah dengan orang-orang Vietcong, dan tidak ada satupun orang Vietcong yang memanggilku dengan sebutan Nigger!” Tidak hanya itu medali emasnya di Olimpiade Roma dibuangnya ke dalam sungai sebagai wujud idealismenya melawan kebijakan perang Vietnam. Berpuluh tahun kemudian pemerintah AS membuatkan replika medali emas untuk Ali.
Dalam karir profesionalnya Muhammad “The Greatest” Ali mencatatkan rekor 61 pertandingan dengan 56 kemenangan (37 KO dan 19 Menang angka) serta 5 kekalahan. Ali pernah kehilangan 3 kali gelar juara dunia tinjunya. Pertandingan Ali melawan George Foreman dan tajuk Rumble in the Jungle dikenang sebagai salah satu partai tinju terbesar dalam sejarah.
Beberapa partai akbar yang pernah dilakoni sang legenda diantaranya:
8 Maret 1971 di New York City, Ali kehilangan sabuk juara dunia kelas berat dikalahkan Joe Frazier dengan kekalahan angka. Pertarungan dengan Joe Frazier terjadi sebanyak 3 kali, Ali menang 2 kali dan kalah sekali ketika dia kehilangan mahkota juara dunia.
28 Januari 1974 di New York City, Ali revans dan mengalahkan Joe Frazier lewat pertarungan 12 ronde. Ketika itu Ali sudah berumur 32 tahun.
30 Oktober 1974 di Kinshasa-Zaire, Dalam tajuk Rumble in the Jungle, seperti namanya pertarungan ini terjadi di pedalaman Afrika Tengah. Ali menantang petinju muda George Foreman. Di ronde-ronde awal Foreman mendominasi, Ali hanya sesekali melepaskan tinjunya. Sengatan kupu-kupu khas Ali baru terjadi di ronde 8 ketika Ali menghempaskan Foreman dengan KO. Ali sukses mempertahankan sabuk juara dunianya.
1 Oktober 1975 di Manila, Partai ketiganya Ali menghadapi penantang serius Joe Fraizer. Partai yang dikenal dengan sebutan The Thrilla in Manila Ali memukul KO Fraizer di ronde ke-14. Begitu sengitnya pertandingan ini sampai-sampai Ali sendiri pingsan setelah dinyatakan menang KO.
15 Februari 1978 di Las Vegas, Ali yang sudah uzur 36 tahun melawan petinju yang lebih muda Leon Spinks. Pertandingan ini dimenangkan oleh Spinks dengan kemenangan angka.Ali kehilangan gelar juaranya. Tujuh bulan kemudian Ali revans dan membalas kekalahannya, sabuk juara dunianya kembali melingkar di pinggangnya.
2 Oktober 1980, di Las Vegas, Ali yang renta tidak mampu menghadapi petinju muda, Larry Holmes dengan kemenangan angka. Sebenarnya Holmes bisa menghajar Ali dengan kemenagan KO, tapi Holmes sepertinya kasihan melihat Ali tua.Sabuk juara jadi milik Holmes, petinju yang kemudian hari dihajar oleh Mike Tyson.
11 Desember 1981 di Nassau-Bahamas, Akhir karir sang legenda berakhir di sebuah Negara pulau bernama Bahama. Melawan Trevor Berbick dalam tajuk Drama in Bahamas, Ali kalah angka ronde 10.
Setelah Drama in Bahamas Ali benar-benar mundur dari ring professional. Hidupnya dibaktikan di dunia sosial dengan berkeliling dunia. Setelah pensiun Ali pernah berkunjung ke Indonesia pada 23 Oktober 1996. Perjalanan panjang the legend Muhammad Ali membuatnya pantas dijuluki salah satu petinju terbaik di kelas berat sepanjang masa.
Salam
Ucapan diatas merupakan ucapan terkenal dari seorang petinju yang masyhur bernama Muhammad Ali. Muhammad Ali merupakan salah satu legenda tinju dunia, sebagai petinju keturunan Afro-Amerika, Ali juga sering terlibat pergolakan rasial di benua Amerika. Ali lahir di negeri “ayam goreng” Kentucky pada 17 Januari 1942 dengan nama Cassius Marcellus Clay, Jr. Dalam usianya 70 tahun Ali terus berjuang menghadapi penyakit Parkinson.
Ali mengenal tinju secara tidak sengaja, ketika itu Ali kecil mendatangi kantor polisi untuk melaporkan kehilangan sepeda BMXnya, beruntung Ali bertemu dengan polisi yang juga pelatih tinju bernama Joe Martin. Lewat Martin, Ali diperkenalkan dengan tinju. Dari sekedar berlatih tinju untuk menghajar si pencuri sepeda membawa Ali menjadi juara tinju dunia kelas berat. Seperti kebanyakan juara tinju dunia, karir tinju Ali dimulai dari amatir. Ali sukses meraih emas pada olimpiade 1960 Roma, Italia.
Bakat tinju Ali kemudian dilanjutkan ke pro. Pertandingan pertamanya dilalui dengan kemenangan angka atas Tunny Hunsaker. Untuk memotivasi dirinya menjadi petinju besar, Ali tidak malu-malu untuk mengetuk pintu tetangganya sambil berujar Aku lah sang juara dunia, dan para tetangga mengangap Ali sudah gila. Beberapa tahun kemudian Ali si gila mampu membuat para tetangganya percaya.
Setelah melewati 19 partai profesionalnya, Pada 25 Februari 1964, Ali berkesempatan melawan juara dunia Sonny Liston. Pertandingan melawan Liston penuh dengan tensi yang tinggi. Sebelum masuk ring, di media keduanya sudah perang mulut, karena komentar besarnya Ali sering dijuluki si mulut besar.
Ali vs Liston |
Masa-masa sulit dilaluinya dari tahun 1967 sampai 1970 ketika Ali menolak untuk ikut program wajib militer Amerika Serikat. Ucapannya yang populer saat itu adalah“Saya tidak ada masalah dengan orang-orang Vietcong, dan tidak ada satupun orang Vietcong yang memanggilku dengan sebutan Nigger!” Tidak hanya itu medali emasnya di Olimpiade Roma dibuangnya ke dalam sungai sebagai wujud idealismenya melawan kebijakan perang Vietnam. Berpuluh tahun kemudian pemerintah AS membuatkan replika medali emas untuk Ali.
Dalam karir profesionalnya Muhammad “The Greatest” Ali mencatatkan rekor 61 pertandingan dengan 56 kemenangan (37 KO dan 19 Menang angka) serta 5 kekalahan. Ali pernah kehilangan 3 kali gelar juara dunia tinjunya. Pertandingan Ali melawan George Foreman dan tajuk Rumble in the Jungle dikenang sebagai salah satu partai tinju terbesar dalam sejarah.
Ali versus Fraizer jilid III |
8 Maret 1971 di New York City, Ali kehilangan sabuk juara dunia kelas berat dikalahkan Joe Frazier dengan kekalahan angka. Pertarungan dengan Joe Frazier terjadi sebanyak 3 kali, Ali menang 2 kali dan kalah sekali ketika dia kehilangan mahkota juara dunia.
28 Januari 1974 di New York City, Ali revans dan mengalahkan Joe Frazier lewat pertarungan 12 ronde. Ketika itu Ali sudah berumur 32 tahun.
30 Oktober 1974 di Kinshasa-Zaire, Dalam tajuk Rumble in the Jungle, seperti namanya pertarungan ini terjadi di pedalaman Afrika Tengah. Ali menantang petinju muda George Foreman. Di ronde-ronde awal Foreman mendominasi, Ali hanya sesekali melepaskan tinjunya. Sengatan kupu-kupu khas Ali baru terjadi di ronde 8 ketika Ali menghempaskan Foreman dengan KO. Ali sukses mempertahankan sabuk juara dunianya.
1 Oktober 1975 di Manila, Partai ketiganya Ali menghadapi penantang serius Joe Fraizer. Partai yang dikenal dengan sebutan The Thrilla in Manila Ali memukul KO Fraizer di ronde ke-14. Begitu sengitnya pertandingan ini sampai-sampai Ali sendiri pingsan setelah dinyatakan menang KO.
15 Februari 1978 di Las Vegas, Ali yang sudah uzur 36 tahun melawan petinju yang lebih muda Leon Spinks. Pertandingan ini dimenangkan oleh Spinks dengan kemenangan angka.Ali kehilangan gelar juaranya. Tujuh bulan kemudian Ali revans dan membalas kekalahannya, sabuk juara dunianya kembali melingkar di pinggangnya.
2 Oktober 1980, di Las Vegas, Ali yang renta tidak mampu menghadapi petinju muda, Larry Holmes dengan kemenangan angka. Sebenarnya Holmes bisa menghajar Ali dengan kemenagan KO, tapi Holmes sepertinya kasihan melihat Ali tua.Sabuk juara jadi milik Holmes, petinju yang kemudian hari dihajar oleh Mike Tyson.
11 Desember 1981 di Nassau-Bahamas, Akhir karir sang legenda berakhir di sebuah Negara pulau bernama Bahama. Melawan Trevor Berbick dalam tajuk Drama in Bahamas, Ali kalah angka ronde 10.
Setelah Drama in Bahamas Ali benar-benar mundur dari ring professional. Hidupnya dibaktikan di dunia sosial dengan berkeliling dunia. Setelah pensiun Ali pernah berkunjung ke Indonesia pada 23 Oktober 1996. Perjalanan panjang the legend Muhammad Ali membuatnya pantas dijuluki salah satu petinju terbaik di kelas berat sepanjang masa.
Salam