4 Des 2012

Birokrasi Gaya Ahok

13538328831870115664
Gaya Ahok memimpin rapat (www.news.liputan6.com)
Badannya tinggi besar dengan raut wajah terlihat dingin, tegas tanpa kompromi. Dari kalimatnya mencerminkan pribadinya yang tidak takut dan percaya diri. Orang Mengenalnya sebagai Ahok. Putra Belitung yang kini menjadi orang no. 2 di DKI. Di pulau yang sama juga lahir penulis hebat Andrea Hirata, sepertinya Belitung akan terus memberikan putra terbaiknya untuk bangsa ini.

Sebelum maju menjadi kandidat wakil Gubernur DKI, hanya segelintir orang yang mengenal Ahok. Ir. Basuki Tjahaja Purnama, M.M. atau Ahok adalah mantan anggota DPR RI 2009-2014, pernah pula menjabat sebagai bupati Belitung Timur 2005-2006, pernah gagal menjadi Gubernur Bangka Belitung periode 2007-2012. Insting tajam dan tegas sang Wagub tidak lepas dari latar belakangnya sebagai Pengusaha yang sukses di Negeri Laskar Pelangi.

Di Pulau yang dulu dikenal sebagai penghasil Timah ini Ahok dikenal dengan gaya birokrasinya yang tegas. Tidak jarang Ahok memarahi PNS yang tidak becus. Selama menjabat Bupati prestasi Ahok cukup bagus, rakyat Belitung Timur bisa menikmati sekolah gratis selain pendidikan, Ahok juga membebaskan biaya berobat kepada warganya. Tidak cukup sampai disitu ketika penerimaan CPNS, Ahok membuat gebrakan dengan mengumumkan hasil test CPNS lengkap dengan poin yang di dapat, sikap transparansi Ahok ternyata menular ke ibukota.

Saat menjadi Wagub sekarang Ahok mengupload hasil rapatnya ke Youtube. Hingga hari ini video do Youtube sudah di nonton sebanyak 1 juta orang. Melihat gaya koboi Ahok banyak yang senang apalagi sejak dahulu warga ibukota memang gemas dengan prilaku birokrasi yang rumit dan panjang. Padahal tunjangan PNS di ibukota lumayan tinggi.

Dengan Jokowi, Ahok sudah berbagi tugas jika Jokowi keluar maka Ahok yang tinggal di kantor mengurus administrasi kantor. Sebagai orang yang lama di swasta gaya santai PNS sangat mengusik Ahok. Langkah pertama tentu membenahi para birokrat yang malas dan lamban.  Sebagai contoh ketika rapat Ahok sempat marah melihat notulis rapat yang masih menulis tangan tidak memanfaatkan teknologi “kampungan banget sih lo, itu ada laptop di depan mata kenapa tidak di pakai ?” sekarang setiap rapat sudah ada 2 notulis lengkap dengan laptopnya. Hasil rapat tersebut nantinya diberikan ke Jokowi. “Membuat notulen rapat saja tidak mampu. Padahal, gaji dan tunjungan PNS DKI sudah sangat besar. Namun kinerjanya rendah. Apalagi dalam hal pelayanan terhadap masyarakat sangat buruk,” tegas Ahok (www.harianterbit.com)

Gaya koboi Ahok juga terjadi di dinas PU, ketika melihat anggaran PU yang besar Ahok meminta supaya dipotong 25%. Seminggu kemudian 14 November 2012 giliran SMU MH Thamrin mendapat jatah marah Ahok. Ahok jengkel melihat SMU yang di subsidi sama pemerintah hanya diperuntukan untuk siswa kaya. Selama Ahok berkantor, prilaku karayawan yang pulang sebelum waktunya semakin berkurang. Malah sekarang banyak PNS yang lembur sampai malam menemani sang wagub. Ahok juga pernah marah ketika mendapati anggaran pidato yang mahal 1.2 milyar.

Gaya keras Ahok bisa jadi merupakan tipikalnya sebagai orang Sumatera, atau bisa jadi Ahok sudah memahami kultur birokrasi yang bertele-tele dan harus segera diubah. Apalagi dengan latar pengusaha yang dituntut untuk efektif dan efisien dalam segala hal. Berbeda dengan PNS yang tidak dikejar target. Sebagai wagub, Ahok memilih tinggal di rumah pribadinya  di Muara Karang Utara P-8 No.27, Pluit Jakarta Utara.  Sebelum terjun di dunia politik, Ahok dulunya adalah Pengusaha lokal di negeri Laskar Pelangi. Tahun 1999 selepas kuliah Teknik di Trisakti Ahok pulang kampung dan mendirikan perusahaan. Usahanya terpaksa di tutup karena berani melawan pejabat yang sewenang-wenang. Dari situ Ahok paham cara kerja birokrat yang buruk.

Untuk menyerap masukan dari rakyat Ahok punya 12 Blackberry yang siap menampung aduan tersebut. Setiap aduan yang masuk akan disaring berdasarkan dinas seperti dinas PU atau dinas sosial. Nantinya aduan tersebut akan ditindak lanjuti bersama dengan Jokowi. Gaya Ahok mirip dengan gaya JK ketika di pemerintahan, gayanya ceplos-ceplos dan tegas.

Kemunculan Ahok dengan gaya birokrasinya yang bagi sebagian orang dibilang “gila” tapi bagi yang ingin perubahan gaya tersebut efektif membangunkan kembali birokrat yang loyo dan bertele-tele. Selamat bekerja Ahok, kalau dulu orang Tionghoa sering di kerjai sama birokrat kita, sekarang ada seorang Tionghoa berani melabrak birokrat yang lamban, kalau dulu kita sering dengar orang Tionghoa bilang sincai sincai maka sekarang Ahok bilang berani korupsi saya lapor KPK.

Salam

Malaysia (Masih) Seteru Serumpun

Kecewa. Demikian perasaan hati saya menyaksikan Garuda lagi-lagi takluk dari Harimau Malaya, lebih memiriskan kita gagal melangkah ke babak semifinal menyamaikan rekor lima tahun silam dinegeri serumpun Singapura. Padahal sebelas Harimau sempat ketar ketir menahan serangan anak-anak Garuda, peluang datang bertubi-tubi dari kaki Syamsul, Irfan dan Taufik tapi dewi Fortuna masih menjauhi kita. Justru disaat asyik memperagakan sepakbola menyerang, Garuda kecolongan lewat crossing jauh Mahali Jasuli anak Jawa yang berseragam biru Malaysia.
 
1354439067833732746
Andik Cs kembali kalah dari Malaysia 0-2 (Foto:http://sport.detik.com)
Kita kalah 0-2, ribuan suporter Garuda yang hadir di Bukit Jalil tertegun tapi perjuangan semalam patut diapresiasi. Dengan segala kekurangan mereka tampil bak warior dalam film Sparta coba merengsek maju menumpas semua lawannya. Celakanya musuh terbesar timnas justru datang dari anak bangsa sendiri dari para penghujat dan kelompok yang senang lihat timnas mereka keok.

Malaysia tidak istimewa kecuali mereka paham cara menang yaitu mencetak gol. Rajagopal yang tampannya mirip tuan Thakur dalam film-film India punya racikan yahud dibanding koleganya Nil Maizar. Lagi-lagi jam terbang yang bicara, sama dengan laskar garuda yang tampil minus jam terbang. Semalam saya berharap ada mukjizat seperti tujuh tahun silam ketika di semifinal AFF Cup 2005 kita mengalahkan Malaysia 4-1 di Bukit Jalil. Tapi si tuan Thakur Rajagopal tidak ingin mengulang sejarah, dia tumpuk pemain dilapangan tengah untuk meredam kreativitas gelandang kita. Hasilnya bagus, Garuda mati akal dan gagal mengkonversi peluang menjadi gol.

Sejak skandal Senayan 1962, aroma perseteruan serumpun antara Indonesia dan Malaysia tidak pernah padam. Kita kalahkan Malaysia di final Sea Games 1987 tapi mereka membalasnya di Sea Games 1989. Kita pecundangi mereka di Sea Games 1995 dan 1997 tapi mereka menebusnya di Sea Games 2001. Kita dihancurkan di GBK tapi kita membalasnya di Bukit Jalil, demikian perseteruan yang tak kunjung padam sejak zaman Si Abdul Kadir  hingga zamannya Andik Vermansyah, Malaysia adalah seteru serumpun.

1354439218403851632
Curhat suporter di Bukit Jalil (Foto:kaskus.co.id)
Apresiasi yang tinggi layak dipersembahkan untuk si nomor 12 : supporter Garuda. Mereka layak disebut sebagai suporter sejati nomor tiga di dunia kata Frans Beckenbauer legenda hidup Jerman, sebuah spanduk besar bertuliskan“Kami bukan PSSI, kami bukan KPSI, kami hanya TKI yang cinta timnas Indonesia”. Kalau TKI bisa jernih melihat persoalan timnas lalu kenapa para elit itu buta mata hatinya.

Gagal di AFF cup bukan kiamat bagi timnas kita. Kurang dari tiga bulan lagi timnas akan bertanding diajang yang lebih tinggi yaitu kualifikasi Piala Asia 2015. Dengan skuad yang ada rasanya sulit untuk bisa menandingi raja-raja Asia: Arab Saudi, Iraq dan China. Catatan yang penting adalah kita keropos dibelakang dan mandul di depan, kita butuh tembok kokoh semacam Robby Darwis di masa jayanya dan juga kita butuh tukang gedor selincah Kurniawan DJ.

Bagi saya kekalahan ini adalah cambuk untuk maju lebih baik. Bercermin pada tahun 1993 sampai 1995 ketika prestasi timnas kita gagal total, mereka gagal total di Pra Piala Dunia 1994 dengan hanya satu kemenangan dari Vietnam dan tujuh kekalahan, gagal di Piala Kemerdekaan 1994 hingga timnas batal ke Asian Games dan gugur di penyisihan Sea Games 1995 di partai penentuan kita kalah dari Vietnam 0-1. Tapi setahun kemudian timnas bangkit dan lolos di Piala Asia 1996 dan mencetak hasil bagus di negeri teluk.

Saya membuat tulisan ini dengan tetap memakai jersey Garuda, karena semalam saya tetap bangga dengan timnas, sambil ditemani lagu “Tanah Air ku” ciptaan Ibu Soed, sebagai kecintaan saya terhadap negeri ini dan sebuah video kemenangan tujuh tahun silam di AFF Cup 2005 menjadi penghibur saya sore ini.

Makassar, 2 Desember 2012

Salam