Spanduk Macz Man, suporter Makassar di laga Indonesia kontra Kamerun 17 November 2012. (Republika co.id) |
Masuk babak kedua, Garuda mulai mengepakkan sayapnya, dua sayap garuda Andik dan Okto yang di babak pertama bermain buruk, mulai menemukan permainannya puncaknya ketika Andik nyaris membuat gol. Tony Cussel yang di DNAnya hanya 50% Indonesia bermain taktis, mengatur tempo permainan membuat Singa-Singa gigih bersembunyi di garis pertahanan. Sayangnya serbuan garuda belum mampu membuat sebiji gol, padahal peluang di babak kedua cukup banyak. Secara kualitas, stamina, visi bermain jelas Kamerun diatas Indonesia, tapi soal spirit dan daya juang timnas Indonesia lebih baik. Lihat saja bagaimana kaki-kaki kecil Taufik berani beradu dengan pemain Kamerun, atau JVB yang tambun berjibaku melawan berat badannya memburu bola tanpa lelah dan penuh determinasi.
Serangan Singa Afrika ke jantung pertahanan Indonesia. (Republika.co.id) |
Namun pembeda malam itu adalah stadion GBK mulai riuh oleh supporter. Barisan spanduk dari kelompok suporter Indonesia terpampang melingkari GBK, ada Spartacks dari Padang, Kediristi dari Kediri, Panser Biru dari Semarang, Bonek Surabaya, Pasoepati dari Solo, Slemania dll. Tapi yang paling membanggakan saya adalah spanduk besar The Macz Man Zona Jakarta kelompok suporter kreatif dari kota saya, Makassar. Setidaknya spanduk itu bisa mewakili perasaan hati orang Bugis Makassar akan timnasnya. Perasaan hati sekaligus menebus rasa malu karena sebagian tokoh-tokoh dibalik pengacu itu adalah putra Bugis sama dengan saya, Nurdin Halid, La Nyala Mattaliti dan Andi Mallarangeng memilih berdiri dibarisan kelompok tertentu dan melupakan kepentingan yang lebih besar, bangsa Indonesia.
Para pendukung Timnas yang setia di GBK (Republika.co.id) |
Modal seri semalam berpengaruh besar pada poin timnas di tabel klasifika
FIFA, tapi apalah arti rangking yang semakin bagus jika gagal total di
Malaysia. Seminggu lagi timnas beradu dengan negeri Seribu Gajah, Laos
tepatnya 25 November 2012. Partai perdana menentukan langkah timnas
berikutnya apalagi dua lawan serumpun sudah menunggu yaitu Singapura dan
Malaysia. Satu-satunya kekurangan timnas adalah lini depan yang kurang
tajam, menempatkan seorang finisher macam Bambang atau JVB seorang diri
dan membiarkan Irfan berkeliaran sampai ke garis pertahanan kurang
tepat.
Nil harus berani berekspirimen dibarisan depan, seperti kala Dino Zoff yang lebih memilih Marco Delvecchio di final Euro 2000, Delvecchio bisa mencuri satu gol walau hasil akhirnya Italia kalah dari Prancis. Nil perlu mempertimbangkan memasang striker yang bisa membuka ruang dan silih berganti bertukar posisi dengan Irfan, rasanya anak muda M. Rahmat layak di coba. Ketika menang besar 5-0 melawan Brunie, Irfan diduetkan dengan M. rahmat.
Dan semoga spirit semalam bisa memacu garuda untuk terbang tinggi di Piala AFF 2012, mampu menggepakkan sayapnya dan mencengkram lawan-lawannya dan merengkuh tropi untuk kali pertama. Teruslah berjuang Garuda ku, kami selalu mendukung mu. Garuda didadaku, Garuda kebanggaan bangsa ku.
Salam